BICARAINDONESIA- Jakarta : Sebanyak 3 perusahaan dari 59 pelaku usaha lolos untuk membangun hunian Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Hankam di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Adapun ketiga investor itu ialah PT Summarecon Agung Tbk, PT Risjadson Brunsfield Nusantara (Konsorsium Nusantara), dan Korea Land and Housing Corporation (KLHC).
Kepala Otorita Ibu Kota Negara Nusantara (OIKN) Bambang Susantono mengatakan, ketiga perusahan tersebut sudah mendapatkan Surat Izin Prakarsa Proyek (SIPP) atau Letter to Proceed (LTP) dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
“56 pelaku usaha lainnya saat ini telah mengirimkan Letter of Intent untuk berinvestasi di IKN dan sedang menunggu SIPP dari pemerintah,” ujarnya, dikutip dari kompas, Rabu (4/1/2023).
“Semoga proses selanjutnya dapat segera tuntas dan bisa langsung tancap gas di awal tahun 2023 ini,” sambung Bambang.
Setelah mendapatkan SIPP, para investor akan melakukan studi kelayakan yang komprehensif dengan mencakup konsep desain, ruang lingkup proyek, dan rekomendasi teknologi yang mengoptimalkan project lifecycle cost.
“Penting untuk dipahami, para investor tersebut sekarang harus menyusun studi kelayakan dan akan diserahkan ke pemerintah paling lambat enam bulan kemudian. Jadi dengan adanya izin, bukan berarti langsung membangun,” jelas Bambang.
Ditargetkan, ketiga investor tersebut dapat menuntaskan pekerjaannya pada tahun 2024 sehingga hunian dapat mulai beroperasi pada Agustus-Desember 2024.
Diperkirakan hunian ASN dan Hankam yang akan dibangun dapat menampung sekitar 14.500 orang di 184 tower yang berada di beberapa area yakni, Pusat Pelayanan WP1A-1, Pemerintahan Timur WP1A-1, Hunian TNI WP1A-1, dan WP1B Tahap 1. Adapun total nilai investasi dari ketiga investor ini sebesar Rp 41 triliun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Dengan rincian nilai investasinya dari Summarecon sebesar Rp 1,67 triliun, Konsorsium Nusantara sebesar Rp 30,8 triliun, dan KLHC sebesar Rp 8,65 triliun.
“Melalui skema KPBU dipastikan negara dan tidak ada pihak yang dirugikan,” ungkapnya.
Sebagai informasi, pembiayaan pembangunan IKN Nusantara berasal dari APBN sebesar 20 persen dan 80 persen berasal dari investor dalam dan luar negeri. Hal ini sesuai dengan komitmen pemerintah. Untuk itu, pemerintah terus mengajak investor baik dari dalam negeri dan luar negeri untuk terlibat dalam pembangunan IKN Nusantara.
“Pembangunan IKN Nusantara tidak boleh memberatkan APBN, maka dari itu kita akan kerja keras untuk mencari investor yang dapat diajak bekerjasama dalam membangun proyek bersejarah ini,” katanya.