x

3 Pendemo di Myanmar Tewas Tertembak, Polisi Diduga Gunakan Peluru Tajam

2 minutes reading
Sunday, 28 Feb 2021 10:30 0 220 admin

BICARAINDONESIA-Dawei : Pasukan keaman Myanmar, membubarkan paksa aksi protes antikudeta yang sedianya akan dilakukan pada Ahad (28/2/2021). Pembubaran yang berujung tindak kekerasan itu dilaporkan menyebabkan tiga pengunjuk rasa tewas.

Seperti dilansir AFP, menurut seorang relawan medis dan media lokal, tiga pria tewas dan sedikitnya 20 lainnya terluka ketika pasukan keamanan bergerak dalam unjuk rasa di Dawei, Myanmar.

Petugas polisi dan tentara menembakkan peluru karet, gas air mata, dan meriam air ke arah demonstran dalam beberapa pekan terakhir, dalam upaya untuk menghentikan kampanye pembangkangan sipil. Sejumlah peluru tajam juga ditembakkan hingga memakan korban.

Seorang petugas penyelamatan, Pyae Zaw Hein mengatakan kepada AFP bahwa ketiganya telah “ditembak mati dengan peluru tajam”, sementara yang terluka terkena peluru karet.

“Mungkin ada lebih banyak korban juga karena lebih banyak orang yang terluka terus berdatangan,” tambahnya.

Sementara itu, di pusat kota Yangon. petugas kepolisian berusaha membubarkan kerumunan hanya beberapa menit sebelum dimulainya protes hari itu. Tidak diketahui jelas apakah mereka menggunakan peluru tajam atau tidak.

“Polisi mulai menembak saat kami tiba,” kata Amy Kyaw, seorang guru sekolah dasar berusia 29 tahun di pusat kota Yangon.

“Mereka tidak mengatakan sepatah kata pun peringatan. Beberapa terluka dan beberapa guru masih bersembunyi di rumah-rumah,” imbuhnya.

Menurut The 74 Media, selain para pendemo, seorang jurnalis yang mendokumentasikan serangan itu juga dipukuli dan ditahan oleh pasukan keamanan di Myitkyina. Reporter lain ditembak dengan peluru karet saat meliput protes di pusat kota Pyay.

Dalam sebuah siaran live di media sosial, terlihat pasukan keamanan menggunakan gas air mata untuk mengurai kerumunan di Yangon, sementara di Mandalay, mereka menembakkan meriam air.

Pada aksi Sabtu, 27 Februari 2021 kemarin, sejumlah jurnalis yang mendokumentasikan kejadian juga ditahan oleh pasukan keamanan, termasuk seorang fotografer dari Associated Press di Yangon. Di dekat universitas Yangon, polisi melemparkan beberapa granat kejut untuk mengurai kerumunan.

Kelompok pemantau Asosiasi bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) memperkirakan lebih dari 850 orang telah ditangkap, didakwa atau dijatuhi hukuman sejak kudeta 1 Februari lalu.

Kekerasan selama akhir pekan ini diperkirakan meningkatkan jumlah penangkapan. Sebuah surat kabar lokal melaporkan per Sabtu saja, ada 479 penangkapan yang dilakukan.

Sedikitnya lima orang telah tewas sejak kudeta – empat di antaranya karena luka-luka yang diderita pada demonstrasi anti-kudeta. Militer mengatakan seorang petugas polisi juga tewas ketika mencoba memadamkan protes.

Sumber : detik dot com

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x