BICARAINDONESIA-Tapteng : Sebagai komoditas ekspor unggulan, Porang raksasa yang merupakan tumbuhan liar dari kawasan hutan di Sibolga dan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, kini menjadi primadona di pasar internasional seperti Tiongkok, Thailand dan Vietnam.
Dengan bahasa latin Amorphophallus oncophyllus dalam catatan sistem perkarantinaan IQFAST di Karantina Pertanian Belawan pada semester pertama tahun 2020, tumbuhan yang sudah diekspor ketiga negara tersebut, sudah mencapai 362 ton dengan nilai barang Rp7,2 miliar.
Meski disepanjang tahun 2019 hanya berhasil mengirim 8,8 ton dengan nilai barang Rp93 juta dan dengan tujuan ekspor Tiongkok saja, pada semester dua di tahun 2020 ini, pengirimannya akan ditingkatkan lebih besar lagi dari semester sebelumnya.
“Sinergisitas dengan berbagai pihak kita lakukan sejak tahun lalu. Alhamdulillah telah membuahkan hasil meningkatnya volume dan tujuan negara ekspor untuk komoditas porang Sibolga ini,” ungkap Kepala Karantina Pertanian Belawan, Hasrul kepada wartawan, Rabu (24/6/2020).
Hasrul menjelaskan, porang yang biasa disebut Atturbung didaerahnya memiliki keunggulan. Selain ventuknya yang besar, tumbuhan itu juga memiliki berat rata-rata antara 50 hingga 100 kilogram.
“Inilah yang menjadi daya tarik bagi para importir asal tiga negara tersebut, ukurannya yang raksasa,” tutur Hasrul.
Hasrul mngatakan untuk calon pembeli asal luar negeri saat melakukan kunjungan ke lahan petani porang di Sibolga juga mendapat pendampingan dari pejabat Karantina Pertanian Belawan.
Hal ini, menurut Hasrul guna memastikan seluruh persyaratan teknis dalam protokol ekspornya dapat dipenuhi nantinya. Dengan itu, proses ekspor dapat berjalan baik dengan kualitas barang dikirim terjamin.
“Kini setelah ekspor berjalan, komoditas raksasa ini sangat diminati industri pengolahan makanan dinegara tujuan, selain bentuknya yang besar juga karena memiliki serat yang tinggi dan kandungan glukomanannya hingga 45-50%,” jelas Hasrul.
Terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil menjelaskan bahwa sejalan dengan Gratieks, gerakan tigakali lipat ekspor yang digagas oleh Menteri Pertanian. Dimana, pihaknya selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional melakukan sinergisitas dengan berbagai pihak.
“Harapannya akan dapat bertumbuh ragam komoditas baru yang menjadi unggulan ekspor daerah dan menjadi sentra berbentuk kawasan,” tutur Jamil.
Jamil mengatakan, pengembangan kawasan dengan skema wanatani atau agrogorestri dapat menjadi pilihan untuk budidaya porang yang banyak tumbuh di area kehutanan.
Untuk komoditas unggulan dari Tapanuli Tengah lainnya yang sudah masuk pasar ekspor seperti pinang, kayu manis dan kayu lapis, pengembangan dalam bentuk kawasan perlu terus didorong.
Hal ini untuk memudahkan dalam pengembangan pertanian skala industri.”Agar dapat terjaga baik dalam jumlah produksi, mutu dan kontinuitasnga, sehingga sukses di pasar global,” jelas Jamil kepada wartawan.
Saat ini, Jamil menambahkan, Kementan terus membenahi iklim invetasi pertanian yakni dengan deregulasi dan penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha.
“Kedepan, jangan lagi porang ini kita ekspor dalam bentuk mentah. Agar bisa bernilai tambah dorong hilisasi agar ekspornya dalam bentuk ramen dan tepung, minimal setengah jadi,” sebut Jamil.
Penulis : BSP
Editor : Yudis
No Comments