BICARAINDONESIA-Jakarta : Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur Desa Piru, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku pada Kamis (6/10/2022). Akibatnya, banjir merendam 26 rumah penduduk di tiga Dusun. Tak hanya itu, dua rumah juga dilaporkan hanyut terbawa arus sungai.
Banjir yang mengepung tiga kawasan permukiman di Desa Piru, Seram Barat itu dipicu akibat pekerjaan proyek jembatan dan penggalian sungai oleh alat berat. Banjir juga diperparah karena tanggul penahan air belum dibangun di sekitar bantaran sungai yang dijanjikan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Seram Bagian Barat.
Santi, salah seorang warga sempat mengamuk dan memprotes setelah dua rumah yang berada di Dusun Air Salobar hanyut terbawa arus sungai.
“Rumah kami hanyut, padahal sejak kecil tinggal di sini sungai ini tidak pernah banjir, banjir karena pekerjaan proyek jembatan,” ujarnya, Kamis (6/10/2022), dikutip dari CNNIndonesia.
Pekerjaan proyek jembatan dan alat-alat berat yang menggali sungai itu, kata Santi, menjadi penyebab rumah-rumah terendam banjir.
“Kalau tidak menggali sungai dan pekerjaan proyek jembatan mungkin rumah-rumah tidak tergenang, mereka tidak bertanggungjawab, mereka bilang gali saja,” ungkap dia.
Ia mengatakan lokasi banjir yang terparah berada di Dusun Air Salobar dengan ketinggian air mencapai 1 meter. Adapun rinciannya yakni, 18 rumah Dusun Air Salobar, 4 rumah Dusun Pohon Pule, dan 4 rumah Dusun Lorong Pisang.
“Jadi total 26 rumah, 4 rumah di Pohon Pule, 4 rumah di Lorong Pisang dan sisanya 18 rumah di Air Salobar,” kata dia.
Peristiwa itu membuat warga ramai-ramai turun ke jalan untuk melakukan protes terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat. Mereka memblokade jalan dengan kayu, meja, dan kursi.
Akibatnya, arus lalu lintas antar desa menuju ibu Kota Piru maupun sebaliknya sempat lumpuh total.
Santi mengungkap bahwa blokade jalan merupakan buntut tak mendapat kepastian pemerintah terkait penangan banjir. Mereka, kata dia sudah berulang kali menemui pemerintah terkait normalisasi sungai namun permintaan mereka tak direspons pemerintah seram barat.
“Ini bukan baru satu kali namun sudah berulang kali, dengan blokade jalan, pemerintah bisa membuka mata terkait banjir ini, sebab dulu daerah ini bebas banjir namun ketika pekerjaan proyek jembatan mulai kebanjiran,” pungkasnya.
No Comments