BICARAINDONESIA-Jakarta : Lima orang Rusia melarikan diri dari negara itu usai Presiden Vladimir Putin memberlakukan mobilisasi militer. Mereka pergi ke negara tetangga dan terdampar di Bandara Internasional Incheon Korea Selatan(Korsel) selama berbulan-bulan setelah pihak berwenang menolak menerima mereka.
Pengacara kelima pria itu, Lee Jong-chanereka mengatakan, tiga orang telah tiba pada bulan Oktober, kemudian dua orang lainnya menyusul pada bulan November. Permohonan mereka menjadi status pengungsi, kata Lee, ditolak oleh Kementerian Kehakiman Korea Selatan. Makanya, kini mereka terdampar di area keberangkatan bandara selama berbulan-bulan sambil menunggu keputusan atas banding mereka.
“Mereka diberi satu kali makan sehari, yaitu makan siang. Tapi, untuk sisa hari itu mereka hidup dari roti dan minuman air putih gratis,” ujar Lee.
Mereka diperbolehkan m mandi, namun harus mencuci pakaian dengan tangan dan tidak dapat meninggalkan area keberangkatan. Mereka memiliki akses terbatas ke perawatan medis, namun tidak ada dukungan untuk kesehatan mental.
“Itu penting mengingat situasi genting mereka. Mobilisasi sebagian warga Rusia untuk bertempur melawan Ukraina memicu protes dan eksodus massal ketika diumumkan September lalu,” kata Lee.
Banyak pria Rusia melintasi perbatasan darat atau membeli tiket pesawat ke luar negeri dengan berbagai risiko. Data kolektif menunjukkan lebih dari 200.000 orang melarikan diri dari Rusia ke Georgia, Kazakhstan, dan negara-negara Uni Eropa di pekan pertama setelah pengumuman wajib militer diumumkan.
Bisa jadi Korsel tidak dapat menerima pria-pria Rusia itu karena wajib militer merupakan masalah sensitif di negeri ginseng tersebut. Dinas wajib militer akan berlaku untuk semua pria berbadan sehat antara usia 18 dan 35 tahun.