BICARAINDONESIA-Jakarta : Sebanyak sembilan orang meninggal dunia dan 200 orang lainnya dikarantina akibat virus Marburg di Guinea, Afrika Barat. Mereka mengeluhkan gejala demam, hingga muntah darah.
Daily Mail melansir, virus Marburg telah menyebar ke Kamerun dengan dua kasus diduga ikut terpapar. Kasus itu menimpa seorang anak laki-laki dan perempuan berusia 16 tahun dari komune Olamze, sekitar dua mil dari Guinea.
Keduanya menunjukkan tanda-tanda penyakit Marburg, dengan gejala muntah darah dan keluarnya darah dari mata. Penyakit satu ini memiliki angka kematian hingga 88 persen.
Padahal, keduanya tidak memiliki riwayat perjalanan ke Guinea Khatulistiwa. Sementara itu, di Guinea, dilaporkan 16 kasus suspek baru terkait virus Marburg tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari ini mengadakan pertemuan darurat terkait kasus tersebut. WHO memanggil para ahli dari seluruh dunia untuk membahas cara mengatasi virus Marburg.
Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa dunia dapat lengah oleh infeksi yang saat ini tidak dapat diobati. Dengan angka kematiannya mencapai 88 persen.
“Pada tanggal 13 Februari, kami memiliki dua kasus yang dicurigai,” sebut Robert Mathurin Bidjang, Delegasi Kesehatan Masyarakat untuk wilayah yang terkena dampak Kamerun.
“Ini adalah dua anak berusia 16 tahun, laki-laki dan perempuan, tidak memiliki riwayat perjalanan sebelumnya ke daerah yang terkena dampak di Guinea Khatulistiwa,” katanya.
Kini, Kamerun membatasi pergerakan di sepanjang perbatasannya dengan Guinea Khatulistiwa. Demi menghindari penyebaran virus Marburg lebih jauh. Pihaknya juga memantau 42 orang yang merupakan kontak dekat dari dua kasus suspek tersebut dan menindaklanjuti kontak lainnya.
Perwakilan WHO di Equatorial Guinea George Ameh menyebut, pengawasan di lapangan telah dilakukan secara intensif. “Pelacakan kontak, seperti yang Anda tahu, adalah landasan respons,” sebutnya.
“Kami telah mengerahkan kembali tim Covid-19 di sana untuk pelacakan kontak dan dengan cepat memasangnya lagi untuk benar-benar membantu kami,” imbuhnya.
Virus Marburg disebut-sebut sebagai ancaman pandemi besar berikutnya. Pihak WHO menggambarkannya sebagai ‘rawan epidemi’. Anggota konsorsium vaksin virus Marburg (MARVAC)—berbicara dengan WHO hari ini—mengatakan, perlu waktu berbulan-bulan agar vaksin dan terapi yang efektif tersedia. Sebab produsen perlu mengumpulkan bahan dan melakukan uji coba.
Editor: Rizki Audina/*