x

Tekan Para Pemasok Persenjataan Ukraina, Putin Mundur dari Perjanjian Nuklir New START

2 minutes reading
Wednesday, 22 Feb 2023 12:54 0 250 Iki

BICARAINDONESIA-Jakarta : Rusia menarik diri dari perjanjian pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat (AS). Keputusan itu dinilai menjadi pukulan bagi upaya membatasi pasokan nuklir, tetapi langkah tersebut tidak serta-merta akan meningkatkan risiko perang nuklir.

Para pakar menilai, penangguhan kerja sama  di bawah perjanjian New START dilakukan Presiden Vladimir Putin sebagai upaya lainnya untuk menekan negara-negara Barat. Pemasok persenjataan dan dana ke Ukraina yang melawan invasi Rusia.

Sebagai informasi, Mantan Presiden AS Barack Obama menandatangani perjanjian itu tahun 2010 lalu bersama Presiden Rusia saat itu, Dmitry Medvedev. Washington melihat, perjanjian itu sebagai bagian dari pengaturan ulang yang lebih bersahabat dengan Kremlin. Setelah diperbarui tahun 2021, perjanjian itu ditetapkan akan berlaku hingga tahun 2026.

Perjanjian tersebut mengatur AS dan Rusia untuk membatasi pasokan nuklir hingga maksimum masing-masing 1.550 hulu ledak strategis ofensif. Angka itu merupakan pemotongan sebesar 30 persen dari batasan yang sebelumnya ditetapkan pada tahun 2002 lalu.

Pembatasan juga berlaku untuk peluncur dan pengebom nuklir, yakni masing-masing maksimum 800 unit—yang masih cukup untuk meledakkan dunia berkali-kali.

Di dalam pidato kenegaraan di hadapan elite politik Rusia, Selasa (21/2/2023) waktu setempat, Putin menyatakan bahwa Rusia menarik diri dari perjanjian itu. Namun, tidak sepenuhnya menghancurkan perjanjian itu.

“New START tidak mati, tetapi dalam keadaan koma yang diinduksi,” sebut Emmanuelle Maitre, Peneliti Yayasan Riset Strategis terkait sebuah think-tank di Paris, Prancis.

Editor: Rizki Audina/*

LAINNYA
x