BICARAINDONESIA-Jakarta : Akibat buruknya polusi udara sejak awal tahun 2023, sekitar 1,32 juta warga Thailand mengalami berbagai penyakit. Sekretaris Tetap Kesehatan Masyarakat Thailand Opart Karnkawinpong melaporkan, sebanyak 582.238 kasus penyakit pernapasan terjadi selama awal Januari hingga 5 Maret.
Thailand juga mencatat, sebanyak 267.161 kasus infeksi kulit, 242.805 infeksi mata, dan 208.880 kasus stroke dalam kurun waktu tersebut.
“Minggu ini saja sudah ada 196.311 kasus penyakit akibat polusi udara,” kata Opart pada pekan lalu, dikutip Rabu (15/3/2023).
Penyakit-penyakit itu terjadi karena polusi udara yang sangat buruk, akibat debu dengan materi partikulat (PM) hingga 2,5. Selain itu, disebabkan juga oleh asap dari kebakaran hutan hingga pembakaran limbah.
Menurut Opart, PM2,5 itu muncul seiring dengan peningkatan perjalanan di tahun ini setelah pandemi Covid-19 tak lagi menghalangi mobilitas warga. PM2,5 sendiri merupakan partikel halus berukuran 2,5 mikron yang bisa masuk ke paru-paru dan menyebabkan masalah pada hidung, tenggorokan, hingga mata.
Menurut laporan polusi udara dari Departemen Pengendalian Polusi Thailand, PM2,5 terdeteksi melebihi tingkat aman di negara itu, yakni 50 mikron. Jumlah itu tercatat selama tiga hari berturut-turut di beberapa wilayah.
Di antaranya ialah Chiang Mai, Chiang rai, Phrae, Phayao, Lamphun, Lampang, Mae Hong Son, Uttaradit, Sukhothai, Tai, dan Phitsanulok. Kemudian, Nan, Nonthaburi, Phetchabun, dan 50 distrik lainnya di Bangkok.
Sementara itu, 36 provinsi lain juga dilaporkan mencatat lebih dari 50 mikron PM2,5, tetapi tak berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Kepala Divisi Penyakit Pernafasan dan Tuberkulosis di Rumah Sakit Siriraj Dr Nitipat Jiarakul mengatakan, bayi lahir dari ibu yang terpapar PM2.5 tingkat tinggi mungkin akan mengalami kondisi buruk. Misalnya, berat badan kurang, rentan terhadap penyakit, dan berisiko mengalami gangguan saat lahir, termasuk gangguan jantung cacat.
Terkait hal ini, pada Sabtu (11/3/2023) lalu, Menteri Dalam Negeri Thailand Anupong Paojinda pun mengatakan, kebijakan work from home (WFH) kemungkinan bakal diterapkan di Bangkok, jika tingkat polusi udara tak kunjung membaik.
Editor: Rizki Audina/*