x

Pro-Kontra Penggemar Thrifting terhadap Larangan Impor Pakaian Bekas

2 minutes reading
Friday, 17 Mar 2023 15:05 0 192 Iki

BICARAINDONESIA-Jakarta : Para penggemar thrifting angkat bicara merespons larangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait impor baju bekas.

Novian (24), penggemar thrifting ini hobi membeli baju bekas impor sejak tahun 2016.  Berbagai tempat telah didatangi olehnya, seperti Pasar Gedebage, Bandung, hingga Pasar Senen dan Blok M, Jakarta.

Hal menarik dari thrifting, kata Novian, kadang terselip ‘harta karun’ berupa baju-baju bagus di tumpukan pakaian bekas itu. Harganya pun bisa diadu. Oleh karena itu, Novian kontra terhadap larangan impor pakaian bekas.

“Sebetulnya kurang setuju, ya. Soalnya nanti jadi enggak bisa thrifting lagi. Pemerintah bilang kan harus dukung produsen dalam negeri, tetapi model sama kualitas apa bisa sama? Kadang baju buatan industri dalam negeri, meskipun baru harganya cukup mahal. Enggak sama kualitasnya kayak baju branded di thrift,” kata Novian, Jumat (17/3/2023).

Menurutnya, pelarangan tersebut akan melahirkan masalah baru. Dia menilai, pedagang bisa merugi karena aturan pelarangan baju bekas impor.

“Kalau bisnis ini disetop, bakal muncul masalah baru. Pedagang nanti merugi. Terus juga kalau jualan baju bekas jadi penghasilan utama, permasalahan ekonomi masyarakat muncul. Angka pengangguran bertambah, lapangan kerja dibutuhkan,” tuturnya.

Komentar senada juga datang dari penggemar thrifting lainnya, Alfons (28). Punya hobi thrifting sejak 2019, Alfons biasanya membeli kaus vintage, jaket, hingga topi di Pasar Senen.

“Lebih pilih thrifting karena lebih murah banget daripada beli di toko baju biasa dan kualitasnya oke,” ujar Alfons.

Alfons juga tidak setuju dengan larangan impor baju bekas. Jual beli baju bekas, kata Alfons, sebenarnya juga menguntungkan bagi warga. “Sebetulnya enggak setuju, ya, karena itu yang jual juga rakyat kecil di Pasar Senen, kok. Harusnya kalau mau larang impor, ya, UMKM baju dalam negeri. Kualitas dan harganya juga harus bersaing dulu. Bicara soal pajak, ya, bisa ditentukan aja harusnya,” katanya

Komentar Pro

Selain kontra, ada juga penggemar thrifting  lainnya yang mengaku setuju dengan larangan tersebut. Jeane (22) yang awalnya hobi thrifting demi mendapatkan barang branded murah dan sesuai size. Akan tetapi, dia kini melihat bisnis pakaian bekas impor ini hanya sebagai cara membuang limbah fast fashion.

“Sejujurnya, aku ingin menyetujui karena akhir-akhir ini aku merasa pakaian bekas memang cara cepat membuang limbah fast fashion. Aku dulu enggak terpikir sampai situ,” ujarnya.

Jeane juga melihat, ada pergeseran dari tren thrifting. Kadang-kadang, dia menemukan baju bekas yang justru makin mahal. “Sekarang, kok, malah muncul event-event thrifting gitu. Yang dijual juga kebanyakan barang branded dan harganya berkali-kali lipat. Bisa jadi memang buat membuang limbah fast fashion,” ungkapnya.

Editor: Rizki Audina/*

LAINNYA
x