BICARAINDONESIA-Jakarta : Bergabung sejak tahun 2019, kini Italia memutuskan untuk keluar dari China’s Belt and Road Initiative. Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni menyebut, bergabungnya Italia dalam proyek besar itu merupakan kesalahan besar.
Dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (2/5/2023), mantan PM Italia Mario Draghi telah membekukan bergabungnya negara ke proyek tersebut pada tahun 2021.
Oleh karenanya, di bawah kepemimpinan Giorgia Meloni, Italia sepertinya semakin mantap untuk keluar dari proyek besar tersebut. Pasalnya, sebelum pemilihan Perdana Menteri, Meloni mengatakan adalah kesalahan besar yang dilakukan Italia karena bergabung dalam proyek tersebut.
Namun, di sisi lain, berdasarkan perjanjian China’s Belt and Road Initiative, sebuah negara boleh mengakhiri kesepakatan setelah lima tahun. Jadi, Italia memiliki waktu hingga akhir 2023 untuk memberi tahu China apakah ingin mengakhiri kesepakatan atau tidak.
Sebelumnya, keputusan Italia bergabung pada proyek China’s Belt and Road Initiative menjadi kesempatan besar bagi China memperluas peluang negara lain untuk bergabung. China sendiri mengincar negara-negara kuat yang bergabung pada NATO, Uni Eropa, dan kelompok ekonomi maju G-7.
Program tersebut, menawarkan kota di berbagai belahan dunia, khususnya yang menghubungkan Asia hingga Eropa untuk dibangun infrastruktur serta jaringan perdagangannya.
Pada 2017 lalu, Presiden China Xi Jinping menjanjikan kerja sama saling menguntungkan untuk negara-negara yang bersedia bergabung dalam China’s Belt and Road Initiative.
Editor: Rizki Audina/*