BICARAINDONESIA-Jakarta : Kasus penyakit sifilis di Indonesia meningkat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan ketersediaan stok obat sifilis aman di tengah peningkatan kasus penyakit. Kemenkes juga menepis informasi mengenai krisis obat sifilis.
“Aman (stok obat sifilis di tengah peningkatan kasus). Tidak krisis obat sifilis,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (13/5/2023).
Nadia menyebut obat yang digunakan dalam pengobatan sifilis sangat mudah didapatkan. Mulai dari benzatin penisilin, eritromisin atau doksisiklin.
Selain itu, ia jugy menjelaskan penyediaan obat sifilis di Indonesia yang dapat diperoleh dari dana pusat dan juga daerah.
“Penyediaan bisa bersumber dana pusat dan dan daerah. Selain benzatin penilisin ada obat pengganti seperti eritromisin atau doksisiklin yang juga mudah didapatkan,” ungkap Nadia.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI Imran Pambudi mengatakan, terdapat 72 ribu vial stok obat benzatin penisilin yang berada di pusat.
“Stok di pusat ada lebih 72.000 vial BP. Kami juga sudah kirim ke Dinkes Provinsi sesuai permintaan mereka,” kata Imran Kamis (11/5).
Imran mengungkapkan alasan di balik naiknya kasus sifilis di Indonesia. Menurutnya, hal ini berkaitan dengan jumlah skrining sifilis yang juga meningkat.
“Peningkatan kasus ini disebabkan peningkatan jumlah orang yang di-skrining sifilis. Sehingga secara program lebih bagus karena semakin banyak yang ditemukan maka akan semakin banyak yang diobati sehingga tidak menularkan ke orang lain, terutama pada ibu hamil positif yang bisa menularkan ke bayinya,” jelas dia.
Pihaknya, kata Imran, berfokus pada penemuan kasus dengan melakukan skrining dini sifilis pada level populasi, terutama populasi rentan dan resiko tinggi. Imran mengatakan, skrining sifilis menggunakan rapid test yang sudah terstandar dan hasilnya cepat sehingga bila ditemukan hasil positif dapat segera ditangani.
Selain itu, edukasi dan kampanye pencegahan dengan kondom juga digalakkan oleh Kemenkes. Imran mengatakan sifilis merupakan “great imitator”, sehingga gejala infeksi dapat berubah-ubah menyerupai penyakit lainnya. Karenanya, peningkatan pengetahuan dan pencegahan sangat diperlukan guna mengetahui kasus secara dini. Tak hanya itu, pelatihan infeksi menular seksual (IMS) juga terus dilakukan pada petugas kesehatan.
“Terkait pengobatan, akses layanan, pelatihan fasyankes hingga di ujung Indonesia, serta ketersediaan logistik obat dan alat pemeriksaan sifilis disediakan oleh Kementerian Kesehatan,” katanya.
Kementerian Kesehatan sebelumnya menyatakan telah terjadi peningkatan kasus penyakit sifilis hingga 70 persen dalam kurun waktu lima tahun ini. Pada 2018 lalu, kasus sifilis yang terdeteksi berjumlah 12.484 orang. Jumlah itu kemungkinan terus mengalami peningkatan. Hingga pada 2022 lalu, jumlahnya mencapai 20.783 kasus.