x

Pengguna LinkedIn Ramai Gunakan Label #Desperate

2 minutes reading
Monday, 7 Oct 2024 15:14 0 338 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Para pengguna situs LinkedIn ramai memasang banner atau label #Desperate pada profil mereka. Banner itu merupakan ungkapan bahwa mereka sudah sangat putus asa dalam mencari kerja.

Melansir dari Forbes, Senin (7/10/2024), mereka yang aktif mencari kerja di situs ini pada umumnyam enggunakan banner atau label #OpentoWork atau terbuka untuk bekerja di profil mereka. Sedangkan untuk para pemberi kerja menggunakan banner #Hiring.

Namun sulitnya mencari kerja membuat pelamar frustasi, hingga muncul tren yang beredar di kalangan pengguna khususnya Gen Z. Mereka menggunakan banner #Desperate alias putus asa.

Banner ini pertama kali diciptakan dan dipopulerkan pengguna LinkedIn, Courtney Summer Myers. Ia membuat banner ini setelah selama lebih dari 10 bulan tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Beruntung, setelah memasang banner ini jumlah koneksi Myers di situs LinkedIn langsung bertambah lebih dari 15.000, dan kini ia tengah memilah-milah tawaran pekerjaan.

“Perburuan pekerjaan saya telah mandek selama 10 bulan. Ini (menggunakan banner #desperate) adalah satu-satunya hal yang menarik perhatian,” ujar Myers kepada Forbes.

“Sungguh konyol jika seseorang harus menjadi viral di LinkedIn untuk mendapatkan akses ke berbagai peluang, tetapi kini saya berada dalam posisi yang jauh lebih baik daripada dua minggu lalu,” tambah dia.

Terkait penggunaan label itu, Ketua Ikatan SDM Profesional Indonesia (ISPI) Ivan Taufiza menyatakan bahwa penggunaan label serupa juga banyak digunakan di Indonesia. Menurutnya hal ini sudah terjadi sejak 2020 lalu saat pandemi Covid-19 berlangsung.

Namun berbeda dengan pencari kerja di luar negeri yang secara blak-blakan menunjukkan keputusasaannya dalam mencari kerja, ia berpendapat para pelamar di RI cenderung lebih ‘halus’ dalam menyampaikan pesannya.

“Sebenarnya sudah ada sejak covid. Sejak covid itu dalam bahasa yang berbeda, bedanya cuman di delivery-nya aja, caranya saja,” kata Ivan dikutip dari detikcom.

“Kalau di luar negeri, di Eropa, di US, itu kan lebih straight forward lebih langsung begitu. Di Indonesia kan masih sangat halus, masih pakai simbol-simbol. Tapi prinsipnya sama (menunjukkan sangat memerlukan pekerjaan),” sambungnya.

 

LAINNYA
x