BICARAINDONESIA-Jakarta : Rumah kosong di Jepang semakin banyak karena beberapa faktor, seperti ditinggalkan dan tidak adanya generasi penerus. Hal itu menjadi masalah besar bagi Jepang. Apalagi, jika langkah antisipasi yang diambil tidak berhasil.
Dari 62,4 juta rumah yang ada di Jepang pada tahun 2018, sebanyak 8,49 juta rumah kosong. Data ini berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Housing and Land Survey. Bahkan, satu dari setiap 10 rumah di Tokyo, tidak memiliki penghuni.
Menurut Nomura Research Institute, disetimasi bahwa sepertiga dari seluruh rumah di Negeri Sakura akan kosong atau ditinggalkan pada tahun 2030. Tak hanya itu, pada tahun 2040, diperkirakan ada 900 kota kecil yang tidak lagi eksis karena penduduknya tidak ada.
Ada beberapa alasan mengapa banyak sekali rumah Jepang menjadi kosong. Tentu yang jelas adalah terkait angka kelahiran yang menurun dan populasi yang menua, sedangkan alasan lainnya adalah lokasi.
Sebagian besar akiya, sebutan untuk rumah kosong di Jepang, terletak jauh dari kota-kota besar yang menawarkan lapangan kerja dan fasilitas lengkap. Jutaan rumah kosong tersebar di seluruh Jepang, tetapi di prefektur pedesaan Kagoshima, Kochi, Tokushima, dan Wakayama, jumlahnya paling banyak.
Uang juga jadi faktor lain mengapa rumah-rumah ini tidak ada yang menempati. Generasi muda sering kali meninggalkannya lantaran tak mau membayar pajak properti yang tinggi. Malah tak jarang, pemilik sebenarnya tidak mau mengakui kepemilikan karena kewajiban pajak.
Berbagai upaya pun coba dilakukan Pemerintah Jepang untuk mengatasi persoalan tersebut. Di antaranya memberikannya dengan gratis atau harga sangat rendah. Jepang juga berupaya mengatasi akar permasalahannya, yaitu rendahnya angka kelahiran.
Editor: Rizki Audina/*