BICARAINDONESIA-Jakarta : Aturan dalam mengekspresikan seni di negara Arab Saudi kini makin bebas. Bahkan, negara itu memperbolehkan berdirinya patung-patung.
Kerajaan Raja Salman bin Abdulaziz telah mengizinkan para seniman menggelar pameran hasil karya mereka. Salah satunya ialah seniman keramik Awatif Al-Keneibit. Wanita berusia 60 tahun itu kini bisa memajang sejumlah karya patung dan tembikarnya di Riyadh.
Middle East Monitor melansir, beberapa patung terlihat memakai kacamata dan menggambarkan wanita Arab Saudi. Gaun gurun tradisional Arab Saudi juga dipakaikan.
“Siapa yang bisa membayangkan bahwa suatu hari, pameran yang berada di ruang bawah tanah ini dapat dipajang di Olaya (pusat Kota Riyadh)?” kata Keneibit, dikutip Sabtu (18/3/2023).
“Mereka dulu mengatakan kepada saya bahwa ini tidak mungkin ditampilkan karena dilarang dalam Islam. Sekarang, di jantung Kota Riyadh,” tambahnya.
Keneibit sendiri melihat ini sebagai “jalan” bagi perempuan Arab Saudi untuk melakukan seni yang selama ini didominasi laki-laki. Keneibit yang mengenyam pendidikan di Amerika Serikat (AS) mengatakan, sebelumnya terpaksa membuat galeri pribadi di bagian bawah rumahnya untuk teman dan tamu karena larangan di 2009.
“Bagi saya, itu adalah dua kejutan. Satu sebelum dan satu lagi setelahnya,” katanya.
“Kami adalah generasi yang telah mengalami banyak perubahan, dari larangan total hingga keterbukaan total. Insyaallah, kita akan mendapatkan keseimbangan,” imbuhnya.
Fenomena gelaran pameran ini menjadi titik balik kembalinya industri seni ke Arab Saudi setelah puluhan tahun pembatasan agama. Sebagaimana diketahui, Arab Saudi sebelumnya melarang patung dan ekspresi seni lainnya yang menciptakan citra atau bentuk manusia.
Larangan itu hadir karena penafsiran Islam Sunni yang ketat, termasuk doktrin Wahabi tradisional Kerajaan, yang menyerahkan kuasa penciptaan kepada Tuhan. Ada yang mengatakan, pelarangan itu juga karena dewa-dewa pagan yang disembah orang Arab di era pra-Islam.
Akibatnya, patung manusia sebagian besar tidak ada di ruang publik di Jazirah Arab. Namun, Putra Mahkota Raja Salman, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) telah “mengekang” pengaruh wahabisme pada masyarakat dan seni Arab Saudi.
Ia membiarkan perempuan mengendarai mobil, mengizinkan konser musik, dan sejumlah aturan kontroversial lain. Hal itu sejalan dengan visi 2030 Arab Saudi yang ingin menarik lebih banyak wisatawan demi mengganti ketergantungan pada minyak.
Editor: Rizki Audina/*