BICARAINDONESIA-Jakarta : Tren kasus diabetes pada anak melonjak berpuluh kali lipat sejak 2010. Kebanyakan, kasus anak mengalami diabetes melitus tipe 1.
Hal itu diungkap Muhammad Faizi UKK Endokrinologi Anak dan Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
“Kasus diabetes melitus paling tinggi berada di Finlandia, insiden kasus 37 per 100 ribu. Sementara di daerah Asia biasanya kurang dari 5 per 100 ribu penduduk. Indonesia cukup tinggi, dua per 100 ribu,” terangnya dalam konferensi pers, ditulis Senin (6/2/2023).
Dijelaskannya, kasus diabetes pada anak paling sering dialami di usia 5 hingga 6 tahun, atau menjelang remaja. Sayangnya, banyak dari mereka datang ke RS sudah dalam kondisi berat, sehingga sulit mendapatkan penanganan yang maksimal.
Data surveilans dari UKK IDAI mencatat setiap anak yang diabetes dilaporkan setiap tahun. Melonjak dari 0,028 per 100 ribu di 2010, menjadi 2 per 100 ribu per 2023.
“Meningkat 70 kali lipat dan kebanyakan anak datang dalam keadaan berat, diabetic ketoacidosis (DKA) itu adalah komplikasi berat, koma, nggak sadar, sesak, sekaligus mengancam jiwa,” terangnya.
“63-71 persen anak diabetes melitus tipe 1 datang dalam keadaan berat,” sambungnya.
Masalahnya, menurut Faizi banyak pasien tidak mengetahui mengidap diabetes melitus sehingga kebanyakan kasus under diagnosis. Per 2023, ada 1.645 pasien anak dan remaja, 59,3 persen di antaranya adalah perempuan. Usia terbanyak berada di 5 hingga 9 tahun.
“Jadi itu dari Medan, Padang, Palembang, center-center yang melaporkan. Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Makassar, Denpasar, Manado,” imbuhnya.
Editor : Tyan/dtc