BICARAINDONESIA-Deliserdang : Pandemi Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19, tak hanya membuat kasus kematian di seluruh dunia melonjak, namun virus itu juga membuat rutinitas masyarakat terhenti. Salahsatunya adalah pendidikan.
Situasi ini termasuk di Indonesia. Nyaris 2 tahun terakhir, aktivitas pembelajaran secara tatap muka dihentikan pemerintah. Semuanya diganti dengan sistem online atau daring.
Bukan saja tak efektif, sistem pembelajaran demikian juga membuat hubungan emosional antara siswa san siswa atau siswa dengan guru terputus. Aktivitas sosial para anak didik juga secara otomatis berhenti.
Tak heran, rasa rindu bercampur haru, terpancar dari wajah para siswa ketika wacana pembelajaran secara tatap muka mencuat. Pemandangan itu pula yang terlihat di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 yang berkokasi di Gang Pendidikan, Dusun V, Desa Telagasari, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Masih sebatas simulasi pembelajaran tatap muka saja, para siswa terlihat sumringah. Mereka begitu antusias mengikuti kegiatan yang sudah vakum mereka laksanakan sejak virus corona mewabah.
Seperti halnya penuturan Angelia Christine Maria Sitorus yang terlihat antusias mengikuti simulasi tersebut.
“Tentu kami sangat senang kalau sekolah dibuka kembali seperti dahulu. Kita bisa belajar bersama teman-teman yang lain, berkomunikasi langsung dengan guru karena belajar tatap muka lebih efektif dibanding kan dengan cara daring selama ini,” tuturnya.
Gadis belia yang akrab disapa Angin ini juga mengatakan, bahwa sangat beda sostwm belajar daring dengan belajar tatap muka. Dan bagi mereka para anak didik, sangat efektif belajar tatap muka.
“Karena kalau tatap muka kalau ada mata pelajaran yang salah dan perlu di pertanyakan kita bisa langsung bertanya kepada guru. Apalagi kalau paket internet kita tidak ada kita bisa ketinggalan pelajaran kalau di lakukan melalui daring,” ucapnya.
Angelia bersama teman-teman yang lain berharap kepada Bupati Deliserdang agar sistem pembelajaran tatap buka bisa disegerakan seperti pandemi belum melanda.
“Kami sudah lelah belajar daring seperti ini. Apa lagi harus membeli paket internet selama ini serta ilmu yang kami dapat belum bisa sepenuhnya kami ketahui kalau tidak belajar tatap muka. Kami tau orangtua kami sudah membantu kami belajar di rumah tapi belum bisa seperti guru khususnya mendidik. Malah terkadang orang juga emosi saat belajar,” ujar Angel.
Sementara, Kepala sekolah SMPN 4 Tanjungmorawa Mara Jaman Hasibuan, Spd mengatakan, anak-anak didiknya sudah sangat jenuh selama kurang lebih dua tahun tak bisa belajar tatap muka.
“Saya bersyukur sekolah kami SMPN 4 dipercayakan untuk simulasi pembelajaran tatap muka terbatas dari Dinas Pendidikan kabupaten Deliserdang,” sebut Mara Jaman.
Sebagai pendidik, ia juga mengaku sangat merasakan keluhan orangtua murid selama ini yang selalu berkeluh kesan dan mengaku sangat prihatin terkait berbagai dampak pembelajaran daring.
“Kita lihat bagaimana orang tua murid mendadak menjadi guru anaknya sendiri di masa pandemi, meski kita tau mereka para orangtua belum tentu bisa seperti kami para pendidik. Akibat keadaan itu, lantas memicu tindak kekerasan orangtua terhadap anak,” tuturnya prihatin.
Sementara itu, untuk simulasi pembelajaran tatap muka terbatas ini dilaksanakan selama tiga hari dari Senin hingga Rabu mulai pukul 08.00 sampai pukul 11.00 WIB dengan jumlah siswa perhari sepertiga dari total siswa dan masuk secara bergantian selama 3 hari.
“Materi yang di sampaikan ada dua. Antara lain pembelajaran Karakter Siswa yang mengacu Pancasila profil kurikulum serta edukasi Covid-19 yang sangat penting harus disampai kan ke siswa. Semoga saja simulasi pembelajaran tatap muka terbatas ini membuahkan hasil yang maksimal agar anak-anak bisa belajar tatap muka seperti dahulu,” harapnya.
Dalam simulasi ini jug, lanjutnya, pihaknya sekolah juga mempersiapkan termometer pengecek suhu badan, tempat mencuci tangan serta siswa di kelas juga mengatur jarak antara murid satu dengan yang lain.
“Ketika siswa pulang kita sudah siapkan pintu keluar yang beda sama dengan pintu masuk saat pertama datang kesekolah menjaga kerumunan ketika jam pulang sekolah nantinya,” terangnya.
Dalam kegiatan simulasi ini, pihak sekolah juga turut meminta surat ijin kepada orangtua murid, dengan tujuan gar pembelajaran ini bisa terlaksana.
“Kami berharap simulasi pembelajaran tatap muka terbatas ini bisa berjalan dengan baik agar dapat dievaluasi. Semoga simulasi ini juga bisa menjadi barometer dibuka nya kembali sekolah kita,” pungkasnya.
Menanggapi kegiatan simulasi ini, Henny sebagai salah satu orangtua siswa, mengaku sangat mendukung dan berharap agar nantinya bisa berjalan dengan baik.
“Sehingga anak-anak kami bisa belajar tatap muka seperti dahulu menuju new normal. Kami juga sudah sangat lelah kalau anak-anak kami belajar daring. Selama ini kemampuan kami tidak seperti guru-guru yang memang sudah mempunyai ilmu untuk mengajar anak kami dan saya berharap tidak lupa mengutamakan saat sekolah nanti nya wajib memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak,” pesannya.
Penulis : Budi
Editor : Teuku
No Comments