BICARAINDONESIA-Jakarta : Meski sudah turun, harga batu bara saat ini masih relatif tinggi, rataannya masih di atas US$ 200-an per ton. Harga yang masih ‘selangit’ ini membuat pengusaha batu bara cenderung jor-joran ekspor, dibandingkan memenuhi kebutuhan dalam negeri yang harganya dibatasi maksimal US$ 70 per tonnya.
Hal tersebut disampaikan oleh pengamat energy, Widhyawan Prawiraatmadja, Kamis (7/10/2021). Widhyawan menilai, kebijakan harga batu bara untuk kebutuhan domestik atau Domestic Market Obligation (DMO) yang dibatasi di angka maksimal US$ 70 per ton saat ini memang membuat PLN terlindungi dari lonjakan harga batu bara yang ‘gila-gilaan’.
“Dari sisi batu bara, PLN membeli dengan harga yang dipatok (capped) maksimal US$ 70/ton, sehingga agak terlindungi,” ungkapnya, Kamis (7/10/2021).
Namun di sisi lain, selisih harga yang sangat jauh, antara DMO dan pasar luar negeri, menurutnya bakal membuat pengusaha batu bara cenderung memilih ekspor dan mengurangi pasokannya ke PLN.
“Akan tetapi bahayanya adalah pengusaha tambang batu bara akan cenderung ekspor dan mengurangi pasokan ke PLN,” lanjutnya.
Selain batu bara, kenaikan harga gas dan bahan bakar minyak (BBM) juga bisa berdampak pada PLN. Harga gas dan BBM yang mahal membuat ongkos produksi listrik menjadi lebih mahal, sementara tarif sudah diatur pemerintah dan tidak bisa disesuaikan secara sembarang oleh PLN.
“PLN juga akan semakin tekor karena harus membayar gas dan BBM lebih mahal, sementara tarif listrik tidak bisa disesuaikan,” jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Evy Haryadi juga menyampaikan kekhawatirannya bila pengusaha batu bara akan mengekspor semua pasokannya dan mengabaikan pasokan untuk pembangkit listrik di dalam negeri.
Oleh karena itu, pihaknya pun meminta dukungan dari industri batu bara untuk tetap memenuhi kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik PLN di tengah lonjakan harga batu bara saat ini.
“Jangan sampai dengan harga yang tinggi di luar negeri, batu bara yang kita punya semua terekspor. Tapi tentu didahulukan dalam negeri,” ungkapnya dalam Webinar Diseminasi RUPTL PLN 2021-2030, Selasa (5/10/2021) yang lalu.
Dia mengatakan, apapun yang terjadi di luar negeri, termasuk harga yang sedang meroket ini, kebutuhan di dalam negeri harus terlebih dahulu dipenuhi.
“Ada kebijakan pemerintah lindungi dari sisi kepentingan PLN dan kepentingan listrik kita dalam negeri dan kepentingan pengusaha batu bara,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan mengenai krisis energi di China dan tingginya harga batu bara ini sangat tergantung dari pemerintah. Tingginya harga batu bara di luar negeri saat ini, PLN terbantu dengan adanya kebijakan DMO batu bara.
“Bagaimana strategi Indonesia terkait dengan krisis di Tiongkok dengan adanya harga tinggi di batu bara sebenarnya poin ini banyak tergantung dari pemerintah karena hal-hal ini gak sepenuhnya bisa dikontrol PLN seperti tahun 2021 ini,” ungkapnya.
Penulis / Editor : * / Abdi
No Comments