BICARAINDONESIA-Jakarta : Komponen satelit low-Earth orbit (LEO) pertamanya ke luar angkasa sukses diluncurkan China. Konstelasi ini akan menyediakan layanan internet langsung dari satelit, seperti Starlink milik SpaceX.
Dalam peluncuran ini ada 18 satelit komunikasi yang diterbangkan menggunakan roket Long March 6A. Kantor berita Xinhua mengatakan belasan satelit itu berhasil mencapai lokasinya di orbit setelah diluncurkan dari Taiyuan Satellite Launch Center di Provinsi Shanxi, China pada Selasa (6/8/2024) kemarin.
Peluncuran perdana ini merupakan bagian dari Konstelasi Qianfan, yang juga dikenal dengan nama Konstelasi G60. Proyek ini didirikan tahun lalu dengan tujuan untuk membangun jaringan internet satelit LEO milik China yang bisa menantang Starlink.
Konstelasi Qianfan dioperasikan oleh Shanghai Yuanxin Satellite Technology Company dan menggunakan satelit yang diproduksi oleh GeneSat. Proyek ini memiliki tiga fase pengembangan hingga tahun 2030.
China berencana memiliki 648 satelit di orbit untuk menyediakan jaringan di tingkat regional, diikuti dengan cakupan jaringan global pada tahun 2025. Pada tahun 2030, China berharap bisa mengoperasikan lebih dari 14.000 satelit dan menyediakan layanan internet langsung ke ponsel alias direct-to-cell.
Sebelumnya, seorang eksekutif GeneSat mengatakan perusahaannya berencana meluncurkan susunan 36 dan 54 satelit yang dibawa per roket untuk mempercepat proses pembangunan konstelasi ini, seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (7/8/2024).
Satelit LEO beroperasi di ketinggian antara 160 dan 2.000 km di atas Bumi. Karena lokasinya yang lebih rendah dibandingkan satelit geostasioner, satelit LEO bisa mengurangi delay transmisi data sehingga cocok untuk layanan internet satelit.
Satelit LEO juga menawarkan komunikasi yang lebih cepat lintas lautan dibandingkan kabel bawah laut serta lebih strategis karena titik buta atau blind spot yang minimal dan biaya yang lebih rendah untuk penggunaan di daerah terpencil.
Bisnis internet satelit global saat ini masih didominasi oleh Starlink milik SpaceX. Perusahaan yang dipimpin Elon Musk itu berencana meluncurkan 42.000 satelit hingga tahun 2027, sedangkan China berambisi menerbangkan 51.000 satelit.