BICARAINDONESIA-Jakarta : Sebanyak 3.900 karyawan Commerzbank terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK). PHK yang akan dilakukan bank raksasa asal Jerman ini dilakukan secara bertahap hingga 2028. PHK massal itu dilakukan sebagai salah satu upaya efisiensi perbankan agar tidak di-merger.
Melansir dari Reuters, Jumat (14/2/2025), pemangkasan ini utamanya akan terjadi di Jerman. Namun di saat yang bersamaan, bank juga berencana untuk membuka perekrutan di luar negeri, yang membuat jumlah karyawan bank akan tetap stabil di angka 36.700.
Secara keseluruhan jumlah karyawan bank ini tidak akan turun signifikan karena terus melakukan rekrutmen. Namun, pemangkasan ini tetap dilakukan dengan tujuan agar Commerzbank tetap kompetitif demi mencegah tawaran pengambilalihan oleh raksasa perbankan asal Italy, UniCredit.
Perlu diketahui pada 2024, UniCredit secara mengejutkan membeli cukup besar saham di Commerzbank. Kemudian bank terbesar kedua di Italia itu mulai mendesak adanya proses penggabungan atau merger.
Jika rencana merger itu benar terjadi, UnitCredit akan lebih banyak melakukan PHK terhadap karyawan Commerzbank daripada yang dilakukan perbankan saat ini. Untuk itulah Commerzbank terus berupaya untuk mengadvokasi agar tetap menjadi perusahaan independen.
Selain melakukan pemangkasan, Commerzbank juga mengumumkan akan mengeluarkan biaya restrukturisasi sebesar 700 juta euro atau Rp 11,92 triliun di 2025 ini. Selain itu, perbankan itu juga mengatakan akan menaikkan target untuk tahun 2027.
“Perusahaan itu sekarang menargetkan laba bersih sebesar 3,8 miliar euro pada tahun 2027, naik dari target sebelumnya sebesar 3,6 miliar euro. Selain itu, perusahaan itu sekarang menargetkan rasio biaya terhadap pendapatan sebesar 53% pada tahun 2027, lebih ambisius dari target sebelumnya sebesar 54%,” tulis Reuters dalam laporannya.
“Commerzbank, bank nomor 2 di negara itu, berharap serangkaian pengumumannya pada hari Kamis (13/2) akan meyakinkan para investornya bahwa perusahaan itu dapat berkembang sebagai perusahaan independen,” sambung Reuters.