BICARAINDONESIA-Jermal : Prang Rusia dan Ukraina turut berdampak luas ke seluruh dunia. Jerman sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Eropa, menjadi salah satu yang paling menderita.
Kepala Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK) Peter Adrian kepada Rheinische Post, dikutip Reuters Senin (20/2/2023) mengatakan, perang Ukraina akan menelan biaya ekonomi Jerman sekitar 160 miliar euro atau Rp2.592 triliun (kurs Rp16.200) pada tahun ini. Nilai itu sekitar 4% dari total produk domestik brutonya.
Hal itu berarti PDB per kapita di ekonomi terbesar Eropa akan menjadi 2.000 euro lebih rendah dari yang seharusnya.
Industri merupakan bagian ekonomi yang lebih tinggi di Jerman daripada di banyak negara lain, dan sektor ini sebagian besar padat energi. Artinya, perusahaan Jerman sangat terpukul oleh lonjakan harga energi, yang tahun lalu mencapai rekor tertinggi di Eropa.
Menurut sebuah studi oleh Allianz Trade pada bulan lalu, Industri Jerman akan membayar sekitar 40% lebih banyak untuk energi pada 2023 dibandingkan pada 2021, sebelum krisis yang dipicu oleh serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Oleh karena itu, prospek pertumbuhan untuk 2023 dan 2024 juga lebih rendah daripada di banyak negara lain, kata Adrian, menambahkan hal yang sama juga terjadi tahun lalu.
Dilansir dari CNBCIndonesia, Jerman, yang selama beberapa dekade mengandalkan gas pipa Rusia yang relatif murah, kini memiliki harga energi yang sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki cadangan gas alamnya sendiri, sementara Prancis memiliki tenaga nuklir yang melimpah.
“Harga gas sekitar tiga-lima kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat,” katanya, sambil menambahkan listrik empat kali lebih mahal daripada di Prancis.
Editor : Tyan/*