BICARAINDONESIA-Madina : Meski Idul Adha 1444 H jatuh pada tanggal 29 Juni mendatang, namun para pedagang penyedia hewan ternak untuk qurban, khususnya sapi sudah mulai melakukan aktivitas penjualan sejak 1 Juni lalu.
Namun, langkah penjualan yang dilakukan lebih cepat, belum mampu mendongkrak jumlah sapi yang terjual. Semua terjadi karena wabah PMK yang begitu berdampak. Sebaliknya, penjualan sapi qurban dari sisi jumlah justru mengalami penurunan.
Seperti pengakuan Aswar, seorang penjual sapi qurban yang membuka usahanya di Jalan Lintas Barat, Kota Panyabungan, Kabupaten Mandailingnatal (Madina), Sumut. Ia mengatakan bahwa omsetnya turun hingga 50% dan sapi yang dijual tidak sebanyak tahun lalu. Ia juga tak memungkiri semua terjadi sebagai imbas dari mewabahnya PMK.
“Penjualan qurban tentu saja menurun dampak adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK). Omset menurun sekitar 50%, selain itu, faktor ekonomi masyarakat juga sangat mempengaruhi penjualan,” ungkap Aswar, Sabtu (17/6/2023).
Dia juga mengaku, sapi qurban miliknya sejauh ini baru laku 20 ekor saja. Padahal tahun lalu, 2 pekan jelang pelaksanaan pemotongan hewan qurban, hewan qurbannya sudah laku 40 ekor.
Masalah harga, kata Aswar, kenaikan dari tahun sebelumnya mencapai Rp2 juta. Hal itu juga terjadi akibat pasokan yang sulit diperoleh.
“Tahun lalu masih dikisaran 15 juta rupiah perekornya, kalau tahun ini sudah 17 juta rupiah, naik 2 juta rupiah perekor nya disesuaikan dengan usia hewan qurbannya” jelas Aswar.
Saat ini, sapi kurban yang telah terjual masih di rawat oleh Aswar. Sehari sebelum hari pemotongan hewan kurban, baru di antar ke pembeli.
Aswar juga menyiapkan hewan qurban yang sesuai kriteria minimal usia 2 tahun, keadaan sehat dan tidak cacat.
Penulis : Hanapi Lubis
Editor : Ty