x

Di Tengah Keterbatasan, Leo Optimis Menatap Masa Depan Lewat Seni Kerajinan

3 minutes reading
Friday, 12 Mar 2021 13:56 0 256 admin

BICARAINDONESIA-Tapanuli Tengah : Ajang Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang menjadi perhelatan tahunan, kini terpaksa vakum, menyusul merebaknya corona virus disease 2019 atau Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia.

Padahal, banyak siswa berbakat di negeri ini, yang sangat butuh perhatian lewat even-even yang mampu memperkenalkan dirinya ke khalayak sekaligus mendongkrak popularitas sekolah, yang menjadi bagian dari kebanggan tersendiri bagi mereka yang berprestasi.

Misalnya saja Leo Anjuari Manalu, seorang siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Tukka. Meski berasal dari keluarga sederhana, remaja 17 tahun itu sangat memiliki bakat seni mumpuni. Tak heran, ia sangat merindukan ajang seperti FLS2N.

Leo mengungkapkan, sebelum virus corona melanda, dia adalah salah satu peserta terbaik untuk mengikuti lomba seni kerajinan Tingkat Provinsi Sumatera Utara mewakili Kabupaten Tapanuli Tengah.

Tidak mudah bagi Leo sampai mengikuti ajang seni itu. Banyak tahapan yang harus diselesaikannya. Mulai seleksi dari sekolah, sampai ke tingkat kabupaten tentunya.

“Kala itu saya disuruh membuat bunga bonsai dari akar kayu sama rumah adat dari triplek. Tapi saya hanya dapat 10 besar,” kisahnya, Jum’at (12/3/2021).

Predikat 10 besar yang diraihnya, tak membuat Leo cepat berpuas diri. Untuk memperbaiki prestasinya itu, ia pun berniat mengikuti ajang lomba kesenian itu kembali.

Ingin menjadi sukses dan membanggakan kedua orang tuanya, Leo bahkan sudah mendaftarkan dirinya lewat SNMPTN 2021 mengambil bidang seni kerajinan.

“Ada dua sebenarnya cita-cita saya selain seni kerajinan ingin menjadi dokter. Tapi manalah mungkin sekolah dokter itukan cukup tinggi,” ucapnya bernada pesimis.

Leo merupakan buah hati dari pasangan Ahmad Zainal Manalu (48) dan Sahriati Panggabean (47) yang bermukim di Kelurahan Tukka, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Ayahnya yang hanya berprofesi sebagai sopir angkot trayek Sibolga-Tukka, sangat berharap sang anak meraih sukses di masa depan.

Namun Leo tak boleh egois, karena penghasilan yang diperoleh orangtuanya, bukanlah untuknya semata. Selain untuk kebutuhan rumah, masih ada 2 abang dan seorang adiknya yang kini juga masih duduk di bangku sekolah.

“Semua kami masih status bersekolah. Bahkan pernah sempat bapak itu kewalahan bayar uang SPP kami sampai pinjam-pinjamlah ke tetangga,” ucapnya lirih.

Kendati demikian, Leo mengaku sangat bangga dengan sang ayah yang dinilainya sebagai sosok yang sangat bertanggungjawab kepada keluarganya. Terbatas hanya bisa bekerja dengan modal menyetir hingga bekerja sebagai sopir angkot, ia mampu menyekolahkan keempat anaknya bahkan berniat mengantarkan anaknya sampai perguruan tinggi.

“Bapak itu cuma sopir, artinya mobil angkotnya carteran saja digaji dari hasil penumpang. Itupun bapak sudah sakit-sakitan kakinya, kalau mamak tidak berkerja,” terang Leo.

Untung saja, pendidikan ia dan saudara-saudaranya terbantu dengan adanya kartu sakti,  Program Indonesia Pintar (PIP) dari Presiden Joko Widodo.

Sementara itu, sosok dibalik kesuksesan Leo di bidang seni kerajinan, ada nama Mikrad Siregar, sang Kepala Sekolah. Di mata Leo, dialah sosok yang selalu memotivasi siswa-siswinya untuk menjadi yang terbaik.

“Kepala sekolah selalu mengatakan amalkan ilmumu buat bermanfaat untuk orang lain. Agar nantinya apa yang kamu buat di sekolah ini bisa menjadi contoh yang tauladan bagi adik-adikmu nantinya,” sebut Leo menirukan ucapan sang Kepsek.

Dari mimpi yang kecil, ia berharap Bupati Tapanuli Tengah, Bakhtiar Ahmad Sibarani turut memberikan dukungan dan bantuan kepadanya. “Sembari mengucapkan kiranya doa dan harapan saya bisa didengar Allah Subhanahu Wata’ala,” pungkasnya.

Penulis : Beni
Editor : Yudis

 

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x