x

Diduga Tak Sesuai Spek, Proyek Dinding Tebing Jembatan Aek Katia Senilai Rp1,6 M Ambruk

3 minutes reading
Saturday, 20 Nov 2021 10:32 0 215 admin

BICARAINDONESIA-Labuhanbatu : Proyek dinding tebing penahan jembatan Sungai Aek Katia di Dusun Jambean, Desa Janji, Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara yang sedang dalam tahap pengerjaan, ambruk.

Menurut informasi, ambruknya proyek senilai Rp1,6 miliar lebih yang diketahui bersumber dari APBD Labuhanbatu tahun 2021/tanggap darurat tersebut terjadi pada Senin sore, 15 November 2021, sekitar pukul 15.30 WIB lalu.

Beredar kabar, proyek dengan panjang sekitar 11 meter dengan ketinggian rata-rata sekitar 12 meter itu tidak sesuai spesifikasi (spek).

Direktur CV Jamakat, MT Setiadi ketika ditemui di lokasi proyek mengakui peristiwa tersebut. Menurutnya, tebing yang dibangun merupakan dinding penahan yang sebelumnya rubuh.

“Memang harus diperbaiki. Makanya kami melaksanakan pembangunan dinding tebing baru. Jika dahulunya dinding yang tumbang bermaterial batu cadas, kini membangunnya dengan metode pengecoran semen bercampur batu pecah dengan kedalaman khusus pondasi 1,5 meter,” ucapnya Sabtu (20/11/2021).

Namun, sebutnya, tidak diketahui bagaimana ceritanya, tebing tersebut ambruk dan kondisinya nyaris sama dengan terdahulu. Dia sendiri tidak mengetahui pasti apa penyebab ambruknya tebing yang sedang tahap finishing tersebut.

Dilanjutkan Setiadi, nilai kontrak bukan hanya untuk pembangunan tebing, melainkan ada beberapa titik pengerjaan fisik lainnya, seperti pembuatan beronjong di pinggir sungai Aek Katia yang posisinya berdekatan dengan tebing jembatan.

Sehari sebelum ambruk, Setiadi telah melihat tanah bagian atas pondasi mulai tergerus akibat hantaman air sungai yang meluap, menyusul tingginya curah hujan. Bahkan sebelumnya ia sempat berencana membangun beronjong tepat di bawah tebing yang dibangunnya sebagai antisipasi.

“Aku udah lihat pondasi mulai tergerus, rencananya mau dibangunkan beronjong sebagai penahan air biar tidak langsung menerjang tebingnya,” kilah Setiadi.

Ketika dipertanyakan dugaan tumbangnya tebing yang masih dikerjakan mereka akibat lemahnya pengawasan dinas terkait dan mutu alias material yang tidak sesuai spek, Direktur CV Jamakat justru membantah.

Dalihnya, dinding tebing yang mereka bangun bukanlah ambruk karena patah atau lainnya, melainkan akibat tanah bagian bawah pondasi tergerus, sehingga tebing atau dinding ambruk berikut hingga cor-coran pondasi.

“Bukan patah, kalau istilah kita di sini terburkat. Mungkin karena tanahnya lemah, ya tebing dan cor-coran pondasinya terangkat makanya dibilang tumbang,” paparnya seolah menyalahkan faktor alam.

Dia sendiri berharap ambruknya tebing yang kini kembali dikerjakan mereka, tidak menjadi pandangan buruk, terlebih dugaan-dugaan negatif lainnya. Tetapi jika dicari kesalahan, mungkin tidak akan luput dari itu.

“Kalau mau dicari kesalahan, senyum saja kita mungkin bisa dianggap salah. Pastinya, tebing yang ambruk itu sekalian ikut pondasinya terangkat. Mungkin disebabkan tanah disebelahnya longsor,” sebut Setiadi lagi.

Sementara, dari amatan di lokasi, cor-coran semen tebing yang ambruk terlihat masih tergeletak di tepi sungai Aek Katia.

Tanah longsoran yang sebagiannya menutupi pinggir sungai, jauh lebih dalam dibanding dengan dinding bahu jalan lama di mana bekas sambungan tebing yang dibangun.

Sejumlah pekerja melakukan pemasangan tiang dari batangan pohon sebagai antisipasi semakin longsornya tanah yang menghubungkan ke pangkal jembatan.

Penulis : Aji S Harahap
Editor : Yudis

 

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x