BICARAINDONESIA-Jakarta : Harapan negara Nordik untuk bergabung dengan aliansi pertahanan Barat setelah serangan Rusia ke Ukraina, makin memudar. Pasalnya, Turki memutuskan untuk menunda pembicaraan aksesi NATO dengan Swedia dan Finlandia.
Sehari setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Swedia, Ankara mengumumkan keputusannya. Pengecaman itu karena Swedia mengizinkan protes akhir pekan yang mencakup pembakaran Al-Qur’an di luar Kedutaan Stockholm di Ankara.
Seorang sumber diplomatik Turki mengatakan, pertemuan tiga pihak (tripartit) itu telah diundur dari Februari ke “kemudian”, tanpa memberikan rincian apa pun. Hal itu makin mengurangi peluang kedua negara untuk bergabung dengan NATO sebelum pemilihan presiden dan parlemen Turki pada Mei mendatang.
Kantor berita AFP melansir pada Rabu (25/1/2023), Perdana Menteri Swedia segera menyerukan refleksi “untuk ketenangan dalam proses sehingga kita dapat kembali ke pembicaraan yang berfungsi antara Swedia, Finlandia, dan Turki”.
Sementara itu, Ulf Kristersson mengatakan, ada “provokator” yang ingin merusak hubungan Swedia dengan negara lain. Juga ingin menggagalkan tawarannya untuk bergabung dengan aliansi militer Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.
“Tidak ada masalah keamanan nasional yang lebih penting daripada kami. Bersama Finlandia dengan cepat menjadi anggota NATO,” kata Kristersson.
Finlandia yang berbagi perbatasan sepanjang 1.300 kilometer dengan Rusia dan Swedia, memutuskan bersama untuk mengakhiri kebijakan non-blok militer selama puluhan tahun. Memenangkan dukungan resmi untuk rencana mereka di pertemuan bersejarah NATO pada Juni.
Tawaran mereka kemudian dengan cepat diratifikasi oleh 28 dari 30 negara anggota NATO, yang menyoroti urgensi masalah tersebut dalam menghadapi agresi Rusia. Namun, tawaran untuk bergabung dengan NATO harus disetujui oleh semua anggota aliansi, di mana Turki menjadi anggotanya.
Erdogan telah berusaha keras, menjelang pemilihan presiden yang dekat, dia mencoba untuk mengambil simpati basis elektoral nasionalisnya. Perlawanan Erdogan mendorong Finlandia untuk mengisyaratkan kemungkinan mencoba bergabung sendiri karena masalah Stockholm dengan Ankara.
“Kita harus menilai situasinya, apakah sesuatu telah terjadi yang dalam jangka panjang akan mencegah Swedia untuk maju,” kata Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto.
Kemudian, Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom mengatakan, dia “berhubungan dengan Finlandia untuk mencari tahu apa artinya ini”.
Para pemimpin Swedia sejatinya mengecam keras pembakaran Al-Qur’an, tetapi membela definisi luas kebebasan berbicara di negara mereka. Insiden itu terjadi hanya beberapa minggu setelah patung Erdogan digantung di pergelangan kaki di depan Balai Kota Stockholm, yang memicu kemarahan di Ankara.
Haavisto mengatakan m, protes anti-Turki telah “jelas menghambat kemajuan” aplikasi oleh Finlandia dan Swedia.
“Penilaian saya sendiri, akan ada penundaan, yang tentunya akan berlangsung hingga pemilu Turki pada pertengahan Mei,” kata Haavisto.
Editor: Rizki Audina/*