x

Jawab Kritikan Senior PDIP Soal Meme ‘Puan Berbadan Tikus’, Begini Kata BEM UI

2 minutes reading
Thursday, 23 Mar 2023 05:50 0 214 Ika Lubis

BICARAINDONESIA-Jakarta : Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) merespons politikus senior PDIP, Hendrawan Supratikno, yang mengatakan mahasiswa seharusnya tak mengumbar umpatan terkait meme Ketua DPR Puan Maharani berbadan tikus. Meme itu, disebut BEM UI bukanlah sebuah umpatan, melainkan kritik yang tepat.

“Bagi saya itu bukan sebuah umpatan, tapi itu adalah kritik yang tepat,” ujar Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang, Kamis (23/3/2023), dikutip dari detik.

Meme Puan berbadan tikus, ditegaskan Melki, adalah ekspresi puncak kemarahan mahasiswa UI terkait disahkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Cipta Kerja, yang dinilai sama saja substansinya dengan UU Cipta Kerja.

“Jadi visualisasi dan berbagai hal yang kami publikasikan itu menggambarkan seluruh kemarahan kita. Bahwa orang-orang yang di dalam (DPR) itu bukan lagi mewakili kita, tapi mewakili berbagai kepentingan-kepentingan yang jelas bukan kepentingan rakyat. Sehingga tidak pantas lagi mereka menggunakan kata-kata Dewan Perwakilan Rakyat,” kata Melki.

Lebih lanjut, menurut Melki semestinya seluruh partai politik paham terkait meme tersebutz

“Ini kritik yang tepat, ranah yang demokratis, dan harusnya seluruh partai politik paham betul bahwa dalam negara demokrasi yang paling tinggi adalah kedaulatan rakyat, bukan cuma kedaulatan oligarki,” ujar Melki.

“Kita tidak melihat suara-suara penting terkait penolakan Cipta Kerja dikumandangkan. Malah mengesahkan produk hukum yang inkonstitusional. Itu yang sebenarnya ingin disampaikan dari publikasi tersebut,” tambah dia.

Sebelumnya politikus senior PDIP, Hendrawan Supratikno menanggapi kritik unggahan di media sosial BEM UI itu. Dia khawatir jika BEM UI dimanfaatkan kelompok tertentu untuk berkegiatan yang keluar dari koridor dan etika akademik

“Saya khawatir ada yang memanfaatkan BEM-UI untuk melakukan ekspresi kegiatan yang keluar dari koridor dan etika akademik. Mahasiswa seharusnya menekankan krida-krida yang analitik-solutif. Menantang diskusi dan debat yang rasional-argumentatif. Bukan mengumbar umpatan dan narasi yang mendegradasi esensi tugas pokoknya,” kata Hendrawan.

LAINNYA
x