x

Jerat Dugaan Korupsi Rp600 Juta Dana CSR Inalum, Giliran Istri Bupati Dairi Diperiksa Poldasu

2 minutes reading
Friday, 2 Oct 2020 16:24 0 376 admin

BICARAINDONESIA-Medan : Subdit III/Tipidkor Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Diktreskrimsus Poldasu), memeriksa Ketua Tim Penggerak PKK yang juga istri Bupati Dairi, Ny Romi Mariani Eddy Berutu, terkait kasus dugaan penyelewengan dana Coorporate Cocial Responsibility (CSR) dari PT Inalum sebesar Rp600 juta yang diberikan kepada Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) di tahun 2019.

“Iya, ada kami periksa yang bersangkutan (RM), belum lama ini. Kami periksa RM atas dugaan penyalahgunaan CSR dari PT Inalum untuk Dekranasda, kasus ini masih dalam tahap penyelidikan, ini awalnya ditangani oleh Polres Dairi, dan sekarang sudah ditangani Poldasu,” terang Direktur Reserse Kriminal Khusus Poldasu, Kombes Rony Samtana kepada wartawan, Jum’at (2/10/2020).

Sebelumnya terkait kasus ini, penyidik juga telah memeriksa tiga Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berdinas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Dairi.

Diantaranya Rahmat Syah Munthe Kadis Infokom Dairi, yang sebelumnya menjabat Kadis Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Dairi. Sabar Pasaribu Kabid Industri pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Dairi dan Romayana Arita Banurea Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Dairi.

“Sampai saat ini, penanganan tidak ada kendala, kami terus melakukan penyelidikan, kami melakukan penyelidikan karena adanya indikasi penyalahgunaan. Mohon bersabar ya,” tandasnya.

Sebelumnya diketahui, dana CSR dari perusahaan yang kini milik BUMN itu ditujukan untuk meningkatkan perekonomian penenun Ulos Silalahi. Tapi belakangan mencuat, dana setengah miliar lebih itu malah digunakan untuk ‘plesiran’.

Karena, bersama dengan Dinas Perindustrian dan Koperasi Dairi serta Yayasan Merdi Sihombing sebagai pihak ketiga, informasinya Dekranasda malah menggunakan dana itu untuk jalan-jalan ke negara Belgia, dengan dalih promosi ulos silalahi.

Mendengar kabar itu, para penenun ulos pun mengaku kecewa. Karena anggaran yang diharapkan bisa menjadi penopang perekonomian mereka yang ‘oleng’ akibat pandemi Covid-19 karena sulitnya pemasaran, malah tak sampai ke mereka sesuai harapan.

Mereka mengaku hanya mendapatkan bantuan berupa pelatihan dari Yayasan Merdi Sihombing yang ditunjuk Dekranasda Dairi, dengan kompensasi Rp100.000/hari.

“Pelatihan itu pun berlangsung selama 4 hari. Kemudian kami dapat bantuan sedikit benang dan alat tenun. Jumlah peserta pelatihan juga cuma 25 orang. Artinya sangat jauh nilainya jika dibadingkan dengan angka Rp600 juta yang diberikan Inalum dengan dalih untuk perajin ulos silalahi,” celetuk Mak Alfin, salah seorang penenun.

Terkait penggunaan anggaran CSR yang tidak jelas itulah, kata Mak Alfin yang membuat mereka curiga adanya indikasi penyelewengan.

“Kan memang CSR itu seharusnya untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan apapun,” ucapnya kesal.

Penulis/Editor : Tim

 

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x