BICARAINDONESIA-Jakarta : Kenaikan pagu anggaran di Kongres AS tak disetujui. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, hal tersebut bisa membuat AS berpotensi gagal membayar utang (default).
Menteri Keuangan Janet Yellen, sebelumnya, telah berulang kali menegaskan, akan ada “malapetaka”, jika hal tersebut terjadi. Apalagi, jatuh tempo segera dekat, yakni 1 Juni. Menurutnya, default AS, bukanlah sebuah pilihan.
“Kita perlu menghilangkan ancaman gagal bayar,” kata Biden setelah pembicaraan dengan Jetua DPR dan Senat AS. Biden memperingatkan konsekuensi ekonomi yang mengerikan akan terjadi, Selasa (10/5/2023).
Meski pembicaraan itu masih buntu, Biden mengatakan, dirinya dan para pemimpin kongres—baik dari partai pendukungnya Demokrat atau oposisi Republik—akan bertemu lagi Jumat mendatang.
Dalam kesempatan yang sama, Biden juga menyinggung Asia. Dia mengatakan, sedang mempertimbangkan untuk menunda perjalanannya yang akan datang ke Asia untuk pertemuan G7.
Lebih lanjut, Biden menambahkan bahwa dia masih berkomitmen untuk hadir. Kendati demikian, pembicaraan plafon utang, katanya, sangat penting.
“Mungkin,” katanya saat ditanya wartawan apakah dia masih akan melakukan perjalanan.
“Jika kita belum sampai tujuan dan masih belum menyelesaikan ini, saya tidak akan pergi,” tegasnya.
Batas Utang AS
AS kini mencapai batas utang yang disetujui pemerintah dan kongres sebelumnya, yakni sebesar US$31,4 triliun (Rp460.000 triliun). Sebagai gantinya, AS kini menggunakan dana darurat. Namun, dana darurat juga terancam habis pada 1 Juni nanti.
Demi menghindari gagal bayar tersebut, kongres harus memilih untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang kembali. Namun, permasalahan menjadi alot dengan DPR yang kini dipegang partai oposisi pemerintah, Republik.
Dengan waktu yang hanya tersisa delapan pada bulan ini, yang mana DPR dan Senat dijadwalkan untuk bersidang pada waktu yang sama, semakin sempit untuk mencapai kesepakatan.
Editor: Rizki Audina/*