BICARAINDONESIA-Lumajang : Banjir lahar dingin dari Gunung Semeru melanda Kabupaten Lumajangan, Jawa Timur. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Lumajang Dewi Susiyanti mengungkapkan, sudah ada 393 warga yang mengungsi.
“Itu jumlahnya masih bisa bertambah, masih banyak yang datang,” kata Dewi, dikutip (8/7/2023)
Ratusan warga itu dibagi ke beberapa titik posko pengungsian, di antaranya ialah Balai Desa Tumpeng, Balai Desa Jarit, Balai Desa Penanggal, rumah warga di Desa Pasrujambe, Balai Desa Tambak Rejo, Ponpes Nurssalam Desa Jarit, dan Kantor Kecamatan Pronojiwo.
“Kami terus melakukan pendataan terhadap warga yang mengungsi,” imbuhnya.
Dapur umum, kata Dewi, akan didirikan di Balai Desa Jarit, Kecamatan Candipuro, untuk memenuhi kebutuhan warga yang mengungsi.
“Ini kami sudah siapkan makan malam dan besok pagi kami akan mengoperasikan dapur umum,” ujarnya.
Pengungsi yang berada di wilayah Kecamatan Pronojiwo sudah ditangani oleh Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dipimpin oleh Camat Pronojiwo. Kebutuhan seperti kasur, selimut, makanan cepat saji dan peralatan mandi sudah disiapkan.
Banjir lahar dingin melanda sejumlah desa di lereng Gunung Semeru buntut cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah tersebut beberapa hari terakhir.
Hujan kemudian menyebabkan debit air Daerah Aliran Sungai (DAS) lahar Semeru naik. Bahkan, sejumlah jembatan penghubung antar desa dilaporkan putus.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Jawa Timur Satrio Suseno mengatakan, banjir lahar dingin itu terjadi di beberapa dusun, di antaranya ialah Dusun Tumpeng, Kecamatan Candipuro; Dusun Sidomuylo, Kecamatan Pronojiwo, dan Dusun Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
“Jembatan terputus di Kali Mujur, kemudian jembatan di Kali Batas Perbatasan Malang-Lumajang, dan jembatan gantung Kaliregoyo, Sumberwuluh, Candipuro,” kata Satrio, Jumat (7/8/2023).
Editor: Rizki Audina/*