BICARAINDONESIA-Jakarta : Ditengah kekhawatiran inflasi, harga emas mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut terjadi setelah Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve AS Jerome Powell memprediksi inflasi akan meningkat hingga tahun depan dan bahwa bank sentral AS berada di jalur untuk mulai mengurangi stimulusnya.
Dikutip dari Antara, Sabtu (23/10/2021), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terangkat USD 14,4 atau 0,81 persen menjadi ditutup pada USD 1.796,30 per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (21/10/2021), emas berjangka tergelincir USD 3 atau 0,17 persen menjadi USD 1,781,90 per ounce.
Harga emas berjangka melonjak USD 14,4 atau 0,81 persen menjadi USD 1.784,90 pada Rabu (20/10/2021), setelah menguat USD 4,8 atau 0,27 persen menjadi USD 1.770,50 pada Selasa (19/10/2021), dan jatuh USD 2,6 atau 0,15 persen menjadi USD 1.765,70 pada Senin (18/10/2021).
Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam penampilan virtual di hadapan sebuah konferensi yang diadakan pada Jumat (22/10/2021), mengatakan bahwa ia memperkirakan pembacaan inflasi AS yang meningkat hingga tahun depan, dan bank sentral AS harus mulai mengurangi pembelian asetnya segera, tetapi belum menaikkan suku bunga.
“Jelas, kemunduran itu terkait dengan komentar dari Ketua Fed sehubungan dengan bagaimana dia memperkirakan inflasi berpotensi tetap meningkat hingga tahun depan,” kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
“Namun, itu adalah pedang bermata dua. Tekanan inflasi yang tersisa di pasar akan menjadi faktor pendukung yang mendasari emas dan perak dalam beberapa minggu dan bulan ke depan.”
Powell mengatakan The Fed harus segera mulai mengurangi pembelian asetnya, tetapi seharusnya tidak menaikkan suku bunga karena lapangan kerja masih terlalu rendah.
No Comments