BICARAINDONESIA-Jakarta: Februari 2023 mendatang, sebuah komet yang terakhir muncul di langit malam selama “Zaman Es”, akan kembali muncul. NASA menyebutkan, komet itu bernama C/2022 E3 (ZTF) dan mengorbit matahari setiap 50 ribu tahun.
Para astronom menemukan Komet ZTF itu pada (2/3 /2022) lalu menggunakan kamera Zwicky Transient Facility di Palomar Observatory, San Diego, Amerika Serikat.
Menurut NASA, komet ZTF akan mendekati matahari pada Kamis (12/1/2023) hari ini dan akan melintas di bumi pada 2 Februari mendatang. Meski komet biasanya sangat sulit diprediksi, kata Nasa, jika komet ZTF terus memiliki tingkat kecerahan yang tinggi, ia akan mudah dideteksi dengan binokuler atau bahkan tanpa bantuan alat sekalipun.
Sementara itu, Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang menyebut, komet berbertuk hiperbola itu hanya melintas satu kali seumur hidup karena orbitnya.
Orbit hiperbola adalah orbit yang mempunyai nilai kelonjongan atau eksentrisitas lebih besar dari satu, sehingga membentuk kurva terbuka di kedua titik fokusnya. Bandingkan dengan orbit parabola yang kelonjongannya tepat bernilai satu, maupun orbit elips yang kelonjongannya antara 0 hingga 1.
“Memang agak berbeda dengan narasi yang beredar. Utamanya terkait dengan periode komet yang diduga terakhir kali muncul saat zaman neanderthal (260 ribu tahun silam),” kata Andi.
“Poin utamanya adalah komet ini tidak dapat ditentukan periodenya meskipun gerak harian (daily motion)-nya dapat ditentukan. Hal itu karena bentuk orbit yang hiperbola sehingga terdapat dua titik lenyap yang letaknya berada di jarak tak berhingga,” imbuhnya.
Andi mengungkapkan, komet ZTF akan melintas di dekat bumi dan dapat disaksikan pukul 00.32 WIB, 01.32 WITA, dan 02.32 WIT pada jarak 42.472.000 km dari Bumi.
Saat melintas dekat Bumi, komet ZTF sudah dapat disaksikan di seluruh Indonesia sejak tanggal 1 Februari pukul 18.30 hingga 2 Februari pukul 02.30 waktu setempat. Tentunya sesuai zona waktu masing-masing, dari arah utara dekat konstelasi Camelopardalis.
Namun, untuk beberapa daerah pedalaman dan pedesaan, komet ZTF dapat disaksikan sejak 16 Januari pukul 02.30 hingga 05.30 waktu setempat dari arah timur laut dekat konstelasi Bootes. Selain itu, pada 29 Januari komet juga akan terlihat dua kali pada tengah malam dan pada pukul 23.00 waktu setempat.
Di tanggal 30 Januari, komet akan terlihat pada pukul 21.00 waktu setempat dari arah utara dekat konstelasi Draco. Sementara di anggal 31 Januari, komet akan terbit pada pukul 19.00 waktu setempat dari arah utara dekat konstelasi Camelopardalis.
Masyarakat bisa melihat komet dari wilayah yang bebas polusi cahaya dan memanfaatkan kamera DSLR atau kamera CCD yang terpasang dengan teleskop dan terhubung dengan laptop/komputer.
“Komet ini dapat diamati tanpa menggunakan alat bantu optik untuk daerah pedalaman dan pedesaan hingga 13 Februari. Sejak pukul 18.30 hingga 01.00 waktu setempat dari arah utara hingga barat dekat konstelasi Taurus. Komet berkulminasi di arah utara pada pukul 19.00 waktu setempat dengan ketinggian 64,2 derajat untuk DKI Jakarta dan sekitarnya,” jelas Andi.
Lewat ekor debu dan partikel energinya, Komet ZTF dapat dibedakan dari bintang-bintang lain. Ada juga cahaya hijau yang menyelimuti komet tersebut.
Cahaya yang dihasilkan ketika komet melintas di dekat Matahari. Hal itu menyebabkan es pada komet untuk bersublimasi atau berubah menjadi gas. Alhasil, komet akan terlihat seperti kusut ketika diobservasi lewat teleskop.
Editor: Rizki Audina/*