BICARAINDONESIA-Jakarta : Di pasar otomotif Indonesia, peminat Toyota Kijang Innova Zenix membludak. Sejak diluncurkan November 2022 lalu, jumlah Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) mobil MPV medium itu sudah mencapai belasan ribu unit.
Vice President PT Toyota Astra Motor (TAM), Henry Tanoto mengatakan, pesanan yang membludak membuat inden Innova Zenix hingga setengah tahun.
“Zenix ini memang cukup besar animonya. Sehingga kita minta maaf karena ada konsumen kita yang harus menunggu sampai 5-6 bulan, terutama untuk versi hybrid. Jadi kita sekarang ini bersama pabrikan sedang berusaha bagaimana bisa meningkatkan supply daripada hybrid ini untuk bisa memenuhi jumlah demand yang sangat tinggi,” ujar Henry di sela-sela pengenalan All New Agya di Jakarta Selatan, Senin (13/2/2023), dikutip dari detik.com.
Lebih lanjut, Henry mengatakan, sudah mengirimkan sekitar 5.700 unit Innova Zenix Hybrid ke garasi konsumen. Menariknya lebih dari 50 persen varian yang paling diminati ialah hybrid.
“Total SPK sudah lebih dari 14 ribu, yang diretail-kan 5.700-an unit. Sekarang 70 persen hybrid (peminat Innova Zenix). 30 persen yang gasoline,” kata dia.
Saat ini Kijang Innova Zenix trim hybrid dipasarkan dalam tiga varian, di antaranya G, V, dan Q. Sedangkan untuk varian bensin dijual dalam dua tipe, yaitu G dan V.
Soal harga, All New Kijang Innova Zenix Hybrid dijual mulai dari Rp 458 juta (tipe G), Rp 532 juta (tipe V), dan Rp 611 juta (tipe Q). Sedangkan varian bensinnya mulai dari Rp 419 juta (tipe G) dan Rp 467 juta (tipe V).
Direktur Hubungan Eksternal Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam mengatakan, permintaan konsumen terhadap Innova Zenix Hybrid di luar ekspektasi. Di sisi lain pihaknya sedang mengupayakan supaya menambah alokasi komponen.
“Padahal, bayangan kita di awal, 60 persen itu dari konvensional. Sisanya, barulah yang hybrid. Tetapi saat ini malah keterbalikannya, benar-benar tidak kami bayangkan,” ujar Bob Azam belum lama ini.
Komponen tersebut, menurut Bob, merupakan magnetik dan chip semikonduktor. Namun, khusus untuk chip, dia mengklaim kondisinya perlahan mulai membaik dari hari ke hari. Dia berharap, kebutuhan akan komponen elektrifikasi lain juga bisa segera terpenuhi.
“Kami sedang berjuang supaya alokasi (komponen) di Indonesia bisa lebih banyak lagi,” kata Bob Azam.