BICARAINDONESIA-Meranti : Air sungai di Desa Lukun, Kecamatan Tebingtinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti/Selatpanjang, Provinsi Riau yang selama ini menjadi penopang kehidupan masyarakat sekitar kini tercemar dan terancam tak bisa digunakan lagi.
Diduga kuat, hal ini terjadi akibat ulah kilang pengolahan sagu yang diduga
membuang limbah (kotoran) sisa produksi.
Berdasarkan hasil investigasi kru media ini, terpantau jelas kilang sagu yang disebut-sebut milik pria bernama Aho tersebut, terletak di pedalaman hutan dan berada di daerah aliran sungai (DAS) yang mengalir.
Saat dilakukan penyisiran di sekitar kilang, ditemukan fakta bahwa bahwa limbah air dari hasil produksi dialiri melalui parit yang diduga dibuat agar penyaluran limbah menuju ke sungai yang mengalir. Indikasi itu semakin jelas karena ditemukan banyak tumpukan ampas sagu didalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) kilang.
Pada saat itu, Aho sempat berhasil ditemui di lokasi kilang. Untuk menyamarkan investigasi, obrolan pun sengaja dialihkan ke persoalan lain. Tapi jawaban mengejutkan justru meluncur dari mulutnya soal safety atau kemanan.
“Kita belum ada Safety,” ucapnya santai seolah merasa tak bersalah.
Namun setelah keluar dari lokasi kilang, konfirmasi kembali dilanjutkan melalui pesan singkat pribadi. Sayangnya Aho enggan menjawab ketika ditanya soal bisnis itu.
“Ya, hubungi sama anak saya yang nama Toni,” kilahnya.
Sesuai dalihnya, kru kemudian menemui Toni di sebuah gerai ponsel miliknya di kawasan Meranti. Ia pun menjelaskan tentang limbah tersebut.
“Kalau masalah limbah sagu bang dari dulu nya kami sudah minta pendapat dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan pihak DLH sendiri sudah datang sendiri ke kilang kami. Kami juga sudah pernah melakukan pertemuan seluruh anggota Koperasi Harmonis dan DLH serta Bupati membahas tentang tempat pembuangan limbah, namun belum menemukan jalan keluar dari masalah itu,” terangnya.
Toni juga buka-bukaan bahwa kilang sagu yang ada di Selatpanjang bukan hanya miliknya yang ada, tapi banyak.
“Kilang sagu di selatpanjang ini bang bukan cuma satu, semua kilang sagu hampir seperti itu, kalau Abang tak percaya coba tanya DLH,” tutupnya.
Pada Rabu, 23 Maret 2022, giliran Kadis DLH Meranti, Ratna yang dikonfirmasi. Tapi ia juga mengalihkan konfirmasi ke anak buahnya bernama Topan Iskandar yang menjabat Kabid DLH.
“Karena secara teknis beliau lebih paham,” kilahnya.
Ketika hal ini disampaikan kepada Topan Iskandar, Kabid DLH Meranti, ia berjanji akan segera bertindak.
“Kami akan menindaklanjuti permasalahan ini. Memang benar masih terdapat beberapa pengusaha kilang yang terkesan membandel, jangan karena membantu perekonomian di Meranti mereka bisa melakukan kesalahan juga apalagi terkait dengan lingkungan,” ujarnya, Kamis (24/3/2022).
Menimpali hal ini, Kabag DLH Meranti Cameron Bernard mengaku pihaknya tidak pernah melindungi pengusaha-pengusaha kilang sagu yang terkait masalah.
“Jadi jangan setiap ada masalah terkait limbah sagu mereka seolah dinaungi oleh Dinas atau oknum pegawai dari DLH,” ucap Cameron Bernard.
Sementara, ketika pimpinan dari Koperasi Hormanis akan dikonfirmasi terkait masalah ini, si pimpinan seolah acuh dan seolah pura-pura sibuk menelpon saja walaupun Ia menyadari kehadiran awak media.
Penulis/Editor : Tim
No Comments