x

Krisis Beras Mengancam Dunia: Permintaan Naik, Persediaan terbatas

2 minutes reading
Saturday, 10 Jun 2023 16:02 0 303 Iki

BICARAINDONESIA-Jakarta : Krisis komoditas pangan akan mengancam dunia, khususnya komoditas beras. Kekurangan beras tentunya dapat membahayakan ketahanan pangan miliaran orang di dunia.

Akan tetapi, apabila ilmuwan dan petani dapat memecahkan persoalan tersebut, itu akan menjadi berita bagus untuk iklim. Pasalnya, penanaman padi merupakan sumber utama gas rumah kaca.

Dikutip dari World Economic Forum, Sabtu (10/6/2023), permintaan beras diperkirakan naik 30% pada tahun 2050. Namun, berdasarkan laporan Nature Food produksi beras global tidak sejalan dengan permintaan sebesar itu. Sementara itu, laporan international rice research institute menyebut, beras sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Kemudian, berdasarkan data dari WWF, tanaman padi juga membutuhkan air yang cukup banyak. Setidaknya untuk menghasilkan 1 kg beras, tanaman itu butuh air 3000-5000 liter.

Kondisi tersebut tentu membuatnya sangat rentan terhadap kekeringan, yang menjadi lebih sering dan lebih parah. Di samping itu, dengan suhu yang meningkat, juga berkontribusi terhadap lebih banyak kegagalan panen.

Sementara banjir dan naiknya permukaan air laut mengancam sawah di dataran rendah. Berdasarkan data dari IFPRI, para ahli mengatakan bahwa pada tahun 2050, perubahan iklim dapat memangkas hasil panen padi sebesar 15%

Bahkan, pada tahun ini, krisis pasokan pangan global menduduki peringkat keempat sebagai risiko paling parah pada tahun 2023.

Penanaman padi juga menyebabkannya beras sebagai penghasil utama gas rumah kaca. Setidaknya, beras menghasilkan 10% emisi metana buatan manusia secara global.

Solusinya(?)

Ilmuwan bekerja untuk meningkatkan hasil padi sambil membatasi dampak perubahan iklim. Para ahli ini sedang mengembangkan varietas padi baru yang tahan terhadap kekeringan, banjir, salinitas, dan panas.

Kini petani tengah mencoba untuk melakukan metode budidaya yang lebih ramah iklim. Di Vietnam misalnya, para petani telah menguji metode irigasi dan pengolahan tanah yang baru.

Pendekatan itu dinilai telah meningkatkan hasil hingga 18% dan keuntungan petani sekitar 29%. Sembari memangkas jumlah emisi serta penggunaan pupuk dan air. Di sisi lain, semakin banyak juga platform yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan produksi beras.

Editor: Rizki Audina/*

LAINNYA
x