BICARAINDONESIA-Jakarta : Liz Truss memenangkan kontestasi kepemimpinan Partai Konservatif melawan Rishi Sunak. Kemenangan Liz Truss itu menggantikan Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris.
Dilansir dari Reuters, Senin (5/9/2022), Liz Truss keluar sebagai pemenang dengan mengantongi 81.326 suara. Sementara, Rishi Sunak harus kalah dengan 60.399 suara.
“Saya akan menyampaikan rencana berani untuk memotong pajak dan menumbuhkan ekonomi kita,” kata Liz Truss setelah hasilnya diumumkan.
“Saya akan mengatasi krisis energi, menangani tagihan energi masyarakat, tetapi juga menangani masalah jangka panjang yang kita miliki tentang pasokan energi,” sambung dia.
Dengan terpilihnya Liz Truss, Boris Johnson rencananya akan melakukan perjalanan ke Skotlandia untuk bertemu Ratu Elizabeth besok untuk secara resmi mengajukan pengunduran dirinya. Liz Truss juga akan menemui Ratu Elizabeth untuk menyampaikan pembentukan pemerintahannya.
Sebelumnya, para pengamat memilih Liz Truss sebagai kandidat favorit untuk menang. Hal ini karena ia telah menghabiskan bertahun-tahun untuk membangun hubungan dengan asosiasi konstituensi dan tetap setia kepada Boris Johnson selama hari-hari tergelapnya waktu ia menjabat sebagai perdana menteri.
Dalam banyak hal, Truss tidak seperti kebanyakan anggota Tory lainnya.
Di awal wacana brexit, Mary Elizabeth Truss berkampanye untuk Remain, yang ingin Inggris tetap di Uni Eropa. Ia menulis di surat kabar The Sun bahwa Brexit akan menjadi “tragedi tripel – lebih banyak aturan, lebih banyak bentuk, dan lebih banyak penundaan saat menjual ke UE”.
Akan tetapk, setelah pihaknya kalah, ia berubah pikiran, dengan alasan bahwa Brexit memberikan kesempatan untuk “mengguncang tatanan lama”.
Di bawah perdana menteri Theresa May, ia menjabat sebagai menteri kehakiman, sebelum pindah ke kementerian keuangan sebagai kepala administrasi.
Pada tahun 2019, saat Boris Johnson menjadi perdana menteri, Truss ditempatkan sebagai menteri perdagangan internasional – pekerjaan yang berarti kesempatan bertemu dengan para pemimpin politik dan bisnis global untuk mempromosikan kepentingan dagang Inggris.
Di usia 46 tepatnya pada 2021, ia pindah ke salah satu pekerjaan paling senior di pemerintahan, mengambil alih jabatan Dominic Raab sebagai menteri luar negeri.
Dalam peran ini ia berusaha memecahkan masalah pelik Protokol Irlandia Utara, dengan menghapus bagian-bagian dari kesepakatan UE-Inggris pasca-Brexit – sebuah langkah yang dikritik keras oleh UE.
Ia mengamankan pembebasan dua warga negara Inggris-Iran yang keduanya telah ditangkap dan ditahan.
Dan ketika Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari ia mengambil sikap tegas, bersikeras semua pasukan Vladimir Putin harus diusir dari negara itu.
Namun ia juga dikritik karena mendukung orang-orang dari Inggris yang ingin ikut berperang di Ukraina.
Kampanye Truss untuk kepemimpinan partai juga tidak bebas dari kontroversi.
Ketika dicecar tentang bagaimana ia akan mengatasi krisis biaya hidup, Truss berkata ia akan memfokuskan upayanya pada “menurunkan beban pajak, bukan membagikan bantuan sosial”.
Ia telah dipaksa untuk membatalkan rencana mengaitkan gaji sektor publik dengan biaya hidup regional oleh reaksi keras dari para politikus senior Tory yang mengatakan itu akan berarti gaji yang lebih rendah untuk jutaan pekerja di luar London.
Dan ia menyebut Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon sebagai “tukang cari perhatian”, menambahkan bahwa hal terbaik adalah “mengabaikannya”.
Bagaimanapun, jajak pendapat menunjukkan Truss lebih populer di kalangan anggota partai Konservatif daripada saingannya, Rishi Sunak.
No Comments