x

Mengenal Sosok Prajogo Pangestu, Sopir Angkot Jadi Taipan Energi

3 minutes reading
Thursday, 24 Nov 2022 03:22 0 393 Iki

BICARAINDONESIA-Jakarta : Prajogo Pangestu adalah seorang taipan energi yang menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Sebelum berlimpah harta hingga triliunan rupiah,  Prajogo Pangestu memiliki kisah perjuangan yang cukup panjang.

Prajogo pernah menjadi konglomerat yang disegani pada masa Presiden Soeharto. Berdasarkan catatan terakhir, Prajogo masuk urutan lima orang terkaya di Indonesia.

Dikutip dari detikcom, harta Prajogo per Juni 2022 tercatat sebanyak US$ 5,7 miliar atau Rp89,4 triliun (kurs Rp 15.700). Angka itu naik dari tahun lalu yang hanya sebanyak US$ 5,4 miliar atau Rp77,2 triliun.

Diketahui, pia yang lahir di Sambas, Kalimantan Barat, pada 13 Mei 1944 itu dulunya hanyalah seorang sopir angkutan kota (angkot) dan lulusan SMP.

Prajogo tidak memiliki latar belakang pendidikan hingga perguruan tinggi. Hal itu karena keterbatasan keuangan keluarganya. Maka dari itu, dia berpikir untuk mencari pekerjaan. Prajogo pun mengadu nasib ke Jakarta. Namun, belum berbuah hasil yang baik, dia kembali ke kampung halaman.

Selanjutnya, di kampung halaman Prajogo bekerja menjadi sopir angkot. Berdasarkan catatan, Prajogo mengawali bisnis pada tahun 1960an. Nasibnya berubah saat bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Bon Sun On atau Burhan Uray.

Perubahan Nasib Sang Taipan Energi

Pertemuan dan hubungannya dengan Burhan Uray membuat Prajogo akhirnya memiliki karier di PT Djajanti Group pada 1969. Sektitar tujuh tahun kemudian, Burhan mengangkat Prajogo menjadi general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur.

Meskipun demikian, Prajogo hanya setahun berkarier di PT Djajanti Group. Dia memilih berbisnis kayu pada akhir tahun 1970-an.

Dikutip dari Forbes, Prajogo mencoba pinjaman dari bank dan membeli CV Pacific Lumber Coy yang kala itu sedang sulit keuangannya. Kemudian, mengubah nama perusahaan menjadi PT Barito Pacific Lumber.

Perusahaan Prajogo itu go public pada 1993. Lalu, berganti nama lagi menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007.

Kini bisnisnya meluas, gurita bisnis Prajogo tidak hanya di industri perkayuan, tetali juga di bidang petrokimia, minyak sawit mentah, hingga properti. Pada 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan Petrokimia Chandra Asri yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tahun 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Mereka disebut akan memulai mengembangkan situs petrokimia kedua pada tahun 2022.

Baru-baru ini, Prajogo membuat gebrakan terbaru. Dia membeli 33,33% saham Star Energy dari BCPG Thailand seharga US$ 440 juta atau sekitar Rp6,29 triliun (kurs Rp 14.300/dolar AS). Prajogo membeli saham Star Energy itu ini melalui salah satu perusahaan swasta yang dimiliki, yaitu Green Era.

Akhirnya, Prajogo memiliki saham di Star Energy 66,6%. Oleh sebab itu, melalui akuisisi 33,33% saham Star Energy tersebut, kini Prajogo mempunyai kepemilikan penuh atas Star Energy yang memiliki tiga proyek panas bumi di Indonesia.

Tiga proyek panas bumi Star Energy yang dimaksud adalah PLTP Wayang Windu, PLTP Salak, dan PLTP Darajat, yang mana semuanya berada di Jawa Barat.

Editor: Rizki Audina/*  

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x