BICARAINDONESIA-Jakarta : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa tahun depan program pencampuran bahan bakar solar dengan kandungan 40 persen minyak kelapa sawit atau Biodiesel 40 (B40) akan dimulai. Penerapan program itu, menurut Airlangga merupakan upaya pemerintah mengurangi emisi karbon di luar peralihan kendaraan listrik.
Dia berharap, kebijakan elektrifikasi dan penggunaan BBM ramah lingkungan bisa berjalan beriringan.
“Berbagai mitigasi untuk menekan emisi direncanakan Indonesia. Alhamdilillah BBM RON 88 sudah tidak ada. Selanjutnya kita dorong program berbasis baterai listrik dan Indonesia menjadi negara mandatori diesel dari B30 ke B40 pada tahun 2025,” ujar Airlangga, dikutip dari detikcom, Kamis (26/9/2024).
Kebijakan pemerintah terkait penerapan biodiesel di Indonesia cukup agresif selama 4-5 tahun terakhir ini. Pada 2016, implementasinya masih sebatas B20, kemudian tahun 2020 bergerak ke B30 dan tahun 2023 menjadi B35.
Sampai dengan 2023, pemanfaatan biodiesel mencapai 54,52 juta KL dan mampu menurunkan impor solar hingga Rp 404,3 triliun. Sementara dalam rentang 2018-2024, volume biodiesel yang tersalurkan sudah tembus 63,04 juta KL.
“Program biodiesel membantu memenuhi komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi GRK sebesar 358 juta ton CO2 dari sektor energi atau sebesar 12,5 persen dari skenario business as usual (BAU) pada 2023,” katanya.
Lebih lanjut Airlangga menegaskan bahwa persiapan menuju B40 tahun depan berjalan lancar tanpa hambatan, termasuk produksi minyak sawit mentah atau CPO. Sebab, menurutnya, Indonesia sudah menerapkan B35 sejak tahun lalu.
“B40 sekarang siap karena kita sudah menerapkan B35. Produksinya juga nggak ada masalah,” ungkap dia.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap rencana penggunaan biodiesel di Indonesia. Mulai Januari 2025, pemerintah akan meluncurkan B40 yang merupakan campuran solar dengan 40 persen minyak nabati dari kelapa sawit.