BICARAINDONESIA-Ankara : Turki didesak untuk menarik pasukannya dari Suriah. Pernyataan itu ditegaskan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry. Ia juga menyebut kekuatan asing harus ditarik dari Suriah.
Dilansir AFP, Jumat (14/4/2023), untuk merealisasikan hal itu, Sameh Shoukry mengunjungi Ankara untuk pembicaraan ketiganya dengan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu dalam dua bulan.
Menlu Mersir Shoukry menegaskan kembali keinginan Kairo untuk terus meningkatkan hubungan, yang rusak setelah penggulingan presiden Islamis Mesir Mohamed Morsi, sekutu Turki, pada 2013.
Dia juga mengemukakan ketidaksepakatan atas Suriah. Sebab, Turki memiliki pasukan dan mendukung pejuang pemberontak dalam perang saudara di negara itu.
“Saya mengatakan bahwa kedaulatan dan integritas teritorial Suriah harus dipertahankan. Dan saya mengatakan bahwa kekuatan asing harus ditarik dari wilayah Suriah,” kata Shoukry dalam keterangan pers bersama setelah pembicaraan.
Kehadiran militer Turki di Suriah barat laut juga mempersulit upayanya untuk mengadakan pertemuan puncak pembangunan perdamaian dengan Presiden Bashar al-Assad.
Mesir dan pemerintah Arab lainnya memperkuat keterlibatan mereka dengan Damaskus. Hal ini menimbulkan kekhawatiran dari Washington.
Shoukry bulan ini menerima menteri luar negeri Suriah di Kairo untuk pertama kalinya sejak perang saudara dimulai lebih dari satu dekade lalu.
Tetapi Presiden Suriah Assad telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan – tujuan baru-baru ini dari Ankara – dengan syarat Turki menarik pasukannya.
Sementara itu, Cavusoglu menegaskan kembali posisi Turki bahwa kehadiran militernya diperlukan untuk melawan ‘terorisme’.
“Kita harus memastikan tidak ada ancaman bagi kita dari sana,” kata Cavusoglu.
Selain mendukung pasukan pemberontak, Turki juga melakukan serangkaian serangan militer ke Suriah, terutama untuk melawan kelompok Kurdi yang dianggapnya sebagai ‘teroris’.
Editor : Ty/dtc