BICARAINDONESIA-Jakarta : Konsumsi rokok di Indonesia memicu pengeluaran terbesar bagi rumah tangga. Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI, Senin (12/12/2022).
Dikutip dari detikcom, Mulyani menyebutkan bahwa biaya untuk jajan rokok besarnya melebihi bahan makanan seperti daging dan telur. “Rokok adalah komponen pengeluaran terbesar bagi rumah tangga. Baik itu di perkotaan maupun di pedesaan. Dia termasuk ke dalam dua tertinggi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mulyani dalam paparannya menerakan bahwa pengeluaran rumah tangga terbesar diduduki oleh belanja beras.
“Ini memang menimbulkan suatu dilema. Terkait cara kita bisa memengaruhi konsumsi rumah tangga agar lebih memprioritaskan barang-barang yang lebih bergizi atau dibutuhkan oleh keluarga. Terutama untuk anak-anak sehingga dia bisa tumbuh sehat, produktif, dan baik,” imbuh Mulyani.
Dalam paparannya itu, Mulyani menyebut rumah tangga miskin rata-rata mengeluarkan Rp246.382 per bulan untuk rokok. Padahal, menurut Mulyani, uang itu bisa digunakan untuk membeli tahu dan tempe demi meningkatkan gizi rumah tangga miskin.
Dia juga menjelaskan, mengacu pada RPJMN 2020-2024, prevalensi merokok untuk pria dewasa di Indonesia mencapai 71,3 persen. Angka tersebut merupakan yang tertinggi nomor satu di dunia. Sementara itu, secara dewasa keseluruhan, prevalensi merokok orang dewasa di Indonesia sebesar 37,6 persen, urutan kelima tertinggi di dunia.
Oleh karena itu, peningkatan biaya cukai untuk rokok dilakukan. Dengan maksud menekan jumlah konsumsi rokok di Indonesia.
“Dengan adanya cukai sebagai instrumen fiskal untuk mengendalikan konsumsi. Diharapkan penerapan cukai akan meningkatkan harga yang kemudian bisa mengurangi prevalensi merokok. Tentunya, kita juga tahu bahwa selain faktor harga, ada juga faktor lain seperti iklan, pendidikan, serta akses yang mudah untuk membeli,” tandasnya.
Editor: Rizki Audina/*
No Comments