BICARAINDONESIA-Madina : Meski salah satu visi dan misi pemerintah adalah mencerdaskan bangsa lewat pendidikan, namun ironisnya tetap saja ada sekolah sebagai lembaga pendidikan utama, belum mendapat perhatian serius.
Seperti di Kabupaten Mandailingnatal (Madina), Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Muara Sipongi ini. Ada Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) hanya memiliki 10 orang siswa.
Padahal di atas kertas, data tercantum ada puluhan siswa yang masih terdaftar. Sekolah tersebut berada persis di perbatasan Sumatera Utara dengan Sumatera Barat.
Kepala Sekolah Salmi Efrida Hasibuan, kondisi ini terjadi pasca libur panjang akibat pandemi covid-19. Penutupan aktivitas pendidikan membuat banyak orangtua yang memilih memindahkan anaknya ke pesantren.
Selain itu kata Kasek, jauhnya sekolah dari ibukota kecamatan juga menjadi faktor para orang tua murid memilih menyekolahkan anaknya ke pesantren ketimbang pendidikan di sekolah umum.
Efrida Hasibuan juga mengeluhkan seringnya pelaku kejahatan merusak sekolah untuk mencuri apa yang ada di kantor guru.
“Ini saja baru kejadian, pintu kantor dirusak orang hanya untuk mengambil barang barang dalam kantor,” keluh Efrida Hasibuan.
Ia berharap, Dinas Pendidikan Madina membagi zona pendaftaran ketika ajaran baru tiba, sehingga sekolah yang dibawah pimpinnya bisa seperti sekolah SMP yang lainnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan Madina Dollar Afriyanto membenarkan kondisi tersebut. Hanya saja pihaknya masih berupaya agar sekolah tersebut tidak ditutup.
“Kita sudah berkordinasi dengan desa terdekat di sekitar sekolah seperti Desa Sibinail dan Ranjo Batu agar pihak desa memberi pengertian pada orangtua siswa untuk menyekolahkan anaknya di SMP tersebut,” kata Dollar Afriyanto.
Ia juga mengakui, dari hasil koordinasi dengan Unit Pelayanan Teknis Dinas Pendidikan Mandailingnatal, orangtua siswa memang dominan memilih anaknya sekolah di pesantren di banding umum.
Sebenarnya, lanjut Kadis, untuk menarik minat siswa bersekolah di SMP 2 Muara Sipongi itu, harus diciptakan ciri khas sekolah itu. Karena itu, Dinas Pendidikan sudah mulai berencana membuat Sekolah tersebut menjadi Islamic Boarding School.
“Lokasinya sangat mendukung, apalagi lokasi sekolah berada di perbatasan, kalaulah Islamic Boarding School ini jadi, maka akan menarik minat tidak hanya pelajar dari Mandailingnatal, namun dari Sumatera Barat juga, karena lokasi sekolah tepat berada di perbatasan Sumatera Utara dan Sumatera Barat,” sebutnya.
Kadis Pendidikan berharap, ada upaya yang bisa dilakukan pihak dua desa terdekat agar sekolah tersebut siswanya kembali normal seperti SMP lainnya. Di samping itu, Dinas Pendidikan juga akan melakukan zona sekolah pada penerimaan siswa batu mendatang.
Penulis : Hanapi Lubis
Editor : Ty