BICARAINDONESIA-Medan : Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional di Indonesia, sebagaimana dalam Pasal 1 UUD Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. UUD Sisdiknas ini bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter baik, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Mengingat tujuan dari pendidikan nasional Indonesia itu, pendidikan karakter rasanya perlu ditanamkan kepada anak sejak dini agar sedini mungkin mendapatkan pengetahuan dan pengalaman nilai moral yang baik. Pendidikan karakter yang diberikan sejak usia dini akan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan yang diberikan pada usia remaja atau sudah dewasa.
Proses pendidikan karakter perlu dilakukan sejak dini dan sudah harus di maksimalkan pada usia sekolah dasar. Potensi yang baik sebenarnya sudah dimiliki manusia sejak lahir, tetapi potensi tersebut harus terus dibina dan dikembangkan melalui sosialisasi, baik dari keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Menurut T.Ramli (2003), menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak. Sementara menurut Suyanto pendidikan karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara.
Dini (2018) menyatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhlak dan moral yang baik untuk menciptakan kehidupan berbangsa yang adil, aman, dan makmur. Hal ini berkaitan dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional.
Menurut Piaget anak usia 7 – 11 tahun mengalami tingkat perkembangan operasional konkrit. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Dimana anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah yang konkrit bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi. Dalam periode ini anak bmemilih mengambil keputusan logis.
Penanaman-penanaman nilai karakter yang dapat dan harus dibangun di sekolah, yakni nilai peduli dan kreatif, jujur, tanggung jawab, disiplin, sehat dan bersih, saling peduli antar sesama.
Lantas bagaimana cara penerapan pendidikan karakter ini dapat dilakukan di tengah masa Pandemi Covid-19 yang mengharuskan sistem pembelajaran mengalami perubahan? Semula dengan sistem belajar tatap muka dan beralih menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring).
Tentu penanaman pengembangan karakter pada peserta didik tidak semudah pada waktu pembelajaran normal. Sebab pembelajaran jarak jauh tidak memungkinkan guru berinteraksi secara langsung setiap hari dengan peserta didik. Sementara penanaman karakter kepada anak memerlukan contoh konkret melalui pembiasaan setiap hari. Pada waktu pembelajaran tatap muka penanaman karakter terpuji dapat diterapkan langsung di sekolah, misalnya dengan cara berjabat tangan dengan guru pada saat datang dan pulang, berbagai bekal pada teman yang lupa/tidak membawa bekal, atau menunggu giliran pada waktu baris-berbaris untuk masuk ke ruang kelas. Sementara pada masa Pandemi, hal itu tidak dapat dilakukan langsung.
Pelaksanaan pendidikan karakter anak di masa Pandemi dapat berjalan dengan baik apabila ada dukungan dan bantuan dari orang tua. Orang tua sangat berperan penting untuk kelancaran dan keberhasilan penanaman pengembangan karakter anak, karena mereka yang setiap saat mendampingi anak pada waktu belajar di rumah. Rencana pembelajaran pendidikan karakter yang telah disusun guru dilaksanakan oleh anak didik dengan bimbingan dan contoh konkret dari orang tua.
Keterlibatan komitmen dari orang tua untuk melaksanakan pengembangan karakter anak akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan karakter. Keberhasilan ini dilihat dari hasil video kegiatan anak di rumah yang dilaporkan orang tua kepada guru. Hasil dari pembelajaran karakter dengan sistem daring dari tiap anak tentu berbeda. Orang tua yang abai terhadap pembelajaran karakter yang telah disusun guru akan berbeda hasilnya dengan orang tua yang disiplin melaksanakan pembelajaran karakter pada anaknya. Nilai moral dan akhlak mulia yang diajarkan secara disiplin oleh orang tua akan membentuk watak dan budi pekerti yang mulia di dalam diri anak dan hal itu akan dibawa sampai anak dewasa.
Oleh karena itu, untuk memperoleh keberhasilan pembelajaran pengembangan karakter pada anak di masa Pandemi dapat dikatakan berhasil, apabila ada kerjasama yang baik antara guru dan orang tua yang disertai dengan kesungguhan orang tua untuk disiplin memberi contoh dan menerapkan pembelajaran karakter di rumah.
Penulis: Herawati, S.Pd
No Comments