BICARAINDONESIA-Medan : Kisah pahit dialami seorang ibu rumah tangga bernama Nurfasha bersama suami dan bayinya yang masih berusia 1 tahun ketika menggunakan moda transportasi umum Bus Bilah Pane Putra dengan trayek Kubu Babussalam, Riau ke Medan pada Rabu (28/12/2022) kemarin.
Libur Nataru yang diharapkan bisa disambut suka cita, malah berakhir resah dan kecewa. Bagaiamana tidak, selama 23 jam perjalanan, wanita 26 tahun itu dan bayinya harus menjadi perokok pasif karena menghirup paparan asap rokok dari kondektur, sopir dan penumpang bus Bilah Pane Putra. Padahal ia sengaja memesan bus dengan fasilitas AC Toilet agar mendapatkan kenyamanan dan udara tanpa polusi di perjalanan.
“Saat itu kami ingin memesan bangku Bus Bilah Pane Putra dengan Tujuan dari Kecamatan Kubu Babussalam menuju Medan, karena nomor bangku yang yang kami inginkan 7-8 sudah terisi akhirnya kami pilih bangku lain yaitu 1-2 yang posisinya itu paling depan tepatnya di belakang bangku kondektur dan pintu bus,” kisanya, Kamis (29/12/2022).
Sebenarnya, lanjut dia, ada dua bus alternatif lain dengan trayek yang sama. Namun ia memutuskan untuk memilih bus Bilah Pane Putra karena bus itu ada fasilitas AC dan Toilet agar terbebas dari asap rokok.
“Karenakan saya bawa bayi, tapi ternyata bus itu juga penuh asap rokok karena kondektur, sopir dan penumpang lainnya itu semua merokok dibagian depan diantara bangku sopir dan kondektur jadi asap rokok dan udara AC bercampur membuat tenggorokan kami sakit, hingga saya, anak dan suami juga batuk tak hentinya,” sesalnya.
Tak hanya itu, Nurfasha dan keluarga juga nyaris diturunkan di jalan oleh kondektur bus Bilah Pane Putra karena menegur kondektur agar tidak merokok.
“Ya, Saat itu bus sudah berada di kecamatan Batubara karena sudah satu malam saya menghirup asap rokok dari kondektur, sopir dan penumpang akhirnya saya tidak tahan lagi dan kasihan dengan anak saya yang masih bayi jadi saya tegur kondektur untuk tidak merokok lagi, tapi kondektur bus mengatakan ke saya ‘itu resiko ibu Karena duduk di depan’, ucapan itu memancing emosi suami saya jadi suami saya dan kondektur berdebat di situ kemudian kondektur membuka pintu bus dengan kondisi bus masih jalan dan mempersilahkan kami untuk keluar dari bus tapi saya menenangkan suami saya dan sopir juga menenangkan kondekturnya dan tak memberhentikan kendaraan,” ucapnya geram.
Dari pengalaman pahit itu Nurfasha dan bayinya masih trauma menggunakan moda transportasi umum khususnya Bus Bilah Pane Putra. Dia juga berharap agar pengalaman buruk cukup hanya dia yang terakhir menjadi korbannya jangan ada lagi ibu dan bayi yang lain yang harus merasakan pengalaman pahit tersebut.
“Saya berharap pengalaman buruk ini cukup saya yang merasakan, jangan lagi ada ibu dan bayi lain yang menjadi korbannya, dan kalau bisa Bus Bilah Pane Bilah Pane Putra berbenah diri agar menjadi Moda transportasi umum yang ramah untuk perempuan dan anak, dan kalau bisa pemerintah hadir untuk memantau kenyamanan kelayakan moda transportasi umum seperti bus terutama trayek yang menuju daerah terpencil,” harapnya.
Untuk diketahui, Kecamatan Kubu Babussalam adalah salah satu kecamatan di kabupaten Rokan Hilir provinsi Riau. Untuk menjangkau kecamatan ini hanya ada 3 moda transportasi umum yang terbatas membuat masyarakat tidak mempunyai pilihan alternatif transportasi dan tidak bisa berbuat apa-apa jika transportasi yang masyarakat terima tidak laik.
Senada dengan harapan Nurfasha, suaminya juga berharap agar pemerintah melalui dinas terkait memberikan sangsi tegas kepada perusahaan transportasi seperti bus bilah Pane Putra yang abai terhadap undangan-undangan kesehatan ataupun peraturan pemerintah tentang transportasi Umum, undang-undang perlindungan anak, perda tentang kawasan tanpa Asap Rokok ataupun undang-undang peraturan lainnya.
Editor : Teuku/*