x

Perang Saudara di Sudan Pecah, Sekitar 850 Mahasiswa Indonesia Terjebak

2 minutes reading
Wednesday, 19 Apr 2023 22:51 0 220 admin

BICARAINDONESIA-Sudan : Perang saudara di Sudan yang terjadi tiba-tiba, turut berdampak buruk pada 850-an Mahasiswa asal Indonesia. Mereka dikabarkan terjebak dalam  kondisi kena mental dan terancam kurang logistik.

“Kondisi serba ketakutan di sini ada 850 pelajar Indonesia, dan warga negara Indonesia total nyaris 1.000, 90 persen berada di Kota Khartoum,” demikian dikatakan Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan, Arya Kurniantoro, Rabu (19/4/2023) seperti dilansir detikcom.

Perang saudara yang pecah di Sudan sejak Sabtu (15/4/2023) lalu, lanjut Arya, terjadi secara tiba-tiba.

“Perang ini termasuk dadakan sifatnya, tidak ada ancang-ancang sama sekali, kondisi genting tiba-tiba saja. Kegiatan kami saat itu seperti biasa saat Ramadan, kebetulan nggak banyak tidur tiba-tiba setengah 9 atau 10 pagi terdengar dentuman keras,” tutur mahasiswa International University of Africa (IUA) asal Jakarta ini.

Saat itu, Arya dan mahasiswa Indonesia lainnya menganggap dentuman itu seperti kondisi demo biasa. Lalu setelah dicari tahu, ada perang saudara yang terjadi antara militer dan paramiliter.

“Bahkan pemerintah tidak mengumumkan kondisi darurat. Kedubes RI dan kedubes lain tidak menyangka hal ini akan terjadi,” jelas dia.

“Hari pertama masih bisa survive. Kita bingung ketika kondisi semakin genting di hari kedua. Asrama mahasiswi dipindahin, logistik buka puasa dengan seadanya, belum makan malam, akhirnya kami gotong royong antarkan logistik seadanya,” tutur Arya.

Karena tidak bisa memasak, maka logistik yang dibagikan adalah makanan kering seperti roti, biskuit dan sebagainya. Bahkan beberapa tempat tinggal yang dihuni mahasiswa Indonesia sempat mengalami mati listrik di tengah kondisi yang mencekam itu.

“Kendala 4 hari ini bisa dibilang mati listrik total sehingga mayoritas tak mendapatkan air. Air minum bisa dibeli dengan stok seadanya. Warung-warung masih ada yang buka cuma ketersediaannya entah sampai kapan, tinggal tunggu waktu saja,” katanya.

Beberapa WNI yang rentan, imbuh Arya, sudah dievakuasi BRI Khartoum, seperti pasutri yang memiliki balita. Arya mendapatkan informasi ada 15 pasutri diungsikan ke KBRI Khartoum.

“Kekurangan logistik, kena mental, teman-teman kondisinya takut karena kerap terdengar baku tembak,” jelas Arya yang terus berkoordinasi dengan KBRI Khartoum dalam situasi seperti ini.

Bila kondisi makin genting, Arya berharap KBRI Khartoum mengevakuasi semua mahasiswa di sana. Meski kebanyakan sedang menyelesaikan studi, bahkan di antaranya ada yang nyaris menyelesaikan studinya, tapi Arya menegaskan keselamatan dan nyawa lebih penting.

Editor : Ty/*

LAINNYA
x