x

Pertama! Flu Burung Serang Manusia, Sebabkan Anak di Kamboja Meninggal

2 minutes reading
Friday, 24 Feb 2023 04:42 0 226 Iki

BICARAINDONESIA-Jakarta : Anak perempuan usia 11 tahun, jatuh sakit pada (16/2/2023) dan dilarikan ke RS di Kota Phnom Penh, setelah mengalami demam, batuk, sakit tenggorokan. Tak lama kemudian, anak itu meninggal dunia. Atas hal tersebut, Otoritas Kesehatan Kamboja mengonfirmasi kasus pertama flu burung pada manusia, sejak tahun 2014.

Dikutip dari Sky News, pejabat lokal mengambil sampel unggas yang mati di sekitar wilayah rumah gadis itu. Sembari memperingatkan warga sekitar untuk tidak melakukan kontak dengan unggas yang mati dan sakit.

Flu burung biasanya menyebar melalui unggas dan tidak dianggap sebagai ancaman bagi manusia. Hingga wabah tahun 1997 di Hong Kong, dengan sebagian besar kasus pada manusia yang melibatkan kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi. Namun, ada kekhawatiran bahwa virus tersebut dapat berevolusi atau bermutasi sehingga menyebar lebih mudah di antara manusia.

Menteri Kesehatan Kamboja Mam Bunheng mengatakan bahwa flu burung merupakan ancaman khusus bagi anak-anak. Mereka mungkin terbiasa mengumpulkan telur dari unggas peliharaan atau bermain dengan burung dan membersihkan kandangnya.

Gejala flu yang secara resmi dikenal sebagai H5N1, mirip dengan flu lainnya, termasuk batuk, nyeri, dan demam. Dalam beberapa kasus, menyebabkan pneumonia yang mengancam jiwa.

Data WHO

Antara tahun 2003 dan 2014, Kamboja memiliki 56 kasus H5N1, 37 di antaranya berakibat fatal, menurut WHO. Secara total, 870 orang di seluruh dunia telah terinfeksi, dan 457 kematian telah dilaporkan di 21 negara. Namun dalam tujuh tahun terakhir, kecepatannya melambat, dengan hanya sekitar 170 infeksi dan 50 kematian.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus baru-baru ini menyatakan keprihatinan tentang flu burung pada mamalia. Dia memperingatkan untuk tetap waspada. “H5N1 telah menyebar luas pada burung liar dan unggas selama 25 tahun, tetapi penularan baru-baru ini ke mamalia perlu dipantau secara ketat,” katanya.

WHO, kata Tedros, masih menilai risiko flu burung pada manusia masih rendah. “Akan tetapi, kami tidak dapat berasumsi bahwa hal itu akan tetap terjadi. Kami harus bersiap untuk setiap perubahan status (pandemi),” katanya.

Masyarakat disarankan untuk tidak menyentuh hewan liar yang mati atau sakit. Begitu pula dengan negara-negara untuk memperkuat pengawasan mereka terhadap pengaturan, yang mana manusia dan hewan berinteraksi.

Editor: Rizki Audina/*

LAINNYA
x