x

Polemik Soal Impor Beras, Kala Buwas Menolak dan Mendag Tetap Ngotot

3 minutes reading
Friday, 26 Mar 2021 04:22 0 180 admin

BICARAINDONESIA-Jakarta : Beda pandangan sesama instansi pemerintan terkait impor beras, masih perdebatan perdebatan panjang. Polemik itu semakin meruncing karena terjadinya perbedaan pendapat antara Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas).

Penilaian Lutfi, impor beras diperlukan karena ada kekhawatiran hasil panen raya meleset dari prediksi. Alasannya, selama masa panen raya kali ini yang berjalan selama Maret-April, masih sesekali dibarengi dengan musim hujan. Hal itu, bisa membuat banyak gabah tak bisa distok menjadi beras di Perum Bulog. Apalagi Perum Bulog tak bisa menyimpan gabah yang basah.

Secara rinci Lutfi mengungkapkan stok beras di Perum Bulog saat ini adalah yang terendah sepanjang sejarah. Sampai Maret ini, stok beras di Perum Bulog tak mencapai 500.000 ton. Padahal, seharusnya di Perum Bulog itu tersedia stok antara 1-1,5 juta ton beras setiap tahunnya.

“Stok Bulog kurang dari 1 juta ton. Menurut Dirut Bulog ada beras impor 2018 yang sudah turun mutu. Menurut hitungan saya yang turun mutu dari 2018 itu kira-kira 270.000 ton jumlahnya. Jadi yang sudah dikatakan turun mutu itu 160.000 ton, jadi ada 120.000 ton lagi. Jadi stok akhir Bulog yang kira-kira 800.000 ton dikurangi dengan stok impor 2018 yang 300.000 jadi stok Bulog hanya, mungkin tidak mencapai 500.000 ton. Ini adalah salah satu kondisi stok terendah dalam sejarah Bulog,” ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jum’at, 19 Maret 2021 lalu.

Menurutnya, sampai saat ini pun, Bulog baru mampu menyerap sekitar 85.000 ton beras dari hasil panen raya. Padahal seharusnya, Bulog harus bisa menyetok 400.000-500.000 ton beras untuk mencapai standar stok ideal 1 juta ton tadi.

Hal inilah yang kemudian jadi pertimbangan Lutfi untuk impor beras yang belakangan heboh diperdebatkan publik. Namun, data Lutfi tersebut berbeda dengan Perum Bulog.

Buwas balik menilai, impor 1 juta ton beras tahun ini bisa dibatalkan. Mantan Kabareskrim Polri itu justru memprediksi, panen raya kali ini bisa memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) dalam setahun.

Kalkulasi Buwas, stok beras Bulog per 14 Maret sudah mencapai 883.585 ton yang terdiri dari beras CBP sebanyak 859.877 ton dan beras komersial sebanyak 23.708 ton.

Bulog juga masih memiliki stok beras impor dari 2018. Adapun dari total pengadaan sebanyak 1.785.450 ton beras, masih tersisa 275.811 ton beras belum tersalurkan. Dari jumlah tersebut, 106.642 ton di antaranya merupakan beras turun mutu. Buwas bahkan optimistis Bulog dapat menyerap sebanyak 390.800 ton beras CBP dari masa panen raya ini.

Artinya, setelah panen raya, stok CBP Bulog pada akhir April, bisa di atas 1 juta ton beras dan jumlah itu sudah memenuhi CBP per tahun, sehingga tidak diperlukan lagi impor beras.

“Prinsipnya kami mengutamakan produksi dalam negeri untuk CBP walaupun kami mendapatkan tugas impor 1 juta itu belum tentu kami laksanakan karena kami tetap prioritaskan produksi dalam negeri yang puncaknya Maret-April,” ujar Buwas dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI, Senin (15/3/2021).

Ia bahkan sedikit ragu stok beras itu bisa optimal tersalurkan ke masyarakat atau tidak. Sebab, proses penyerapan di hulu tidak disertai dengan program di hilir. Apalagi semenjak dihapusnya program Rastra, Buwas menilai Bulog menjadi kesulitan menyalurkan beras hasil serapan.

“CBP merupakan kepentingan pemerintah, sementara program pengolahan CBP hanya aktif pada sisi hulu namun cenderung menurun pada sisi hilir. Ini yang menjadi permasalahan Bulog. Saat ini pengadaan beras CBP sepenuhnya dapat dipenuhi dari dalam negeri,” jelasnya.

Makanya, Buwas menilai mungkin tahun ini tidak butuh impor beras.

Sumber : detik dot com

No Comments

Leave a Reply

LAINNYA
x