BICARAINDONESIA-Jakarta : Secara resmi, Presiden Vladimir Putin menandatangani undang-undang penangguhan partisipasi Rusia dalam perjanjian pengurangan senjata nuklir (New START). Putin menandatangani undang-undang tersebut pada Selasa (28/2/2023) kemarin.
Pada pekan lalu, Putim memang telah mengatakan bahwa dia akan membekukan perjanjian itu. Dia juga menyebut Barat berusaha menghancurkan Rusia dan makin menambah eksalasi ketegangan di konflik Ukraina.
“Federasi Rusia menangguhkan perjanjian antara Federasi Rusia dan AS,” bunyi penjelasan undang-undang tersebut, dikutip dariĀ CNN International, Rabu (1/3/2023).
“Tentang langkah-langkah untuk pengurangan lebih lanjut dan pembatasan senjata ofensif strategis, yang ditandatangani di Praha pada 8 April 2010,” imbuhnya.
Hal sama juga dibenarkan Kementerian Luar Negeri Rusia. Namun, Kemlu tetap menegaskan bahwa Moskow akan terus menghormati batas yang ditetapkan dalam perjanjian itu.
Lembaga tersebut juga mengatakan, penangguhan perjanjian oleh Putin bisa “dibatalkan”. Dalam aturannya, Presiden Rusia adalah orang yang dapat membuat keputusan untuk melanjutkan partisipasi negara dalam perjanjian tersebut.
Untuk diketahui, New START adalah perjanjian yang terakhir dari rangkaian panjang perjanjian nuklir antara AS dan Rusia. Adanya perjanjian itu, membatasi jumlah senjata nuklir jarak antarbenua yang dapat dimiliki oleh AS dan Rusia.
New START terakhir diperpanjang pada awal 2021 selama lima tahun. Hal itu berarti, kedua belah pihak harus segera mulai menegosiasikan perjanjian kontrol senjata lainnya.
Meski baru “dipertegas” Putin sekarang, perjanjian itu pada dasarnya sudah “dihentikan” sejak Rusia baru-baru ini menolak membuka gudang senjatanya untuk para inspektur. Sementara itu, seorang pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS mengatakan, “sangat” berharap Rusia kembali ke perjanjian pengendalian senjata.
Sebelumnya Minggu, pada wawancara dengan saluran TV Rossiya-1, Putin menunjuk kemampuan nuklir aliansi pimpinan AS, NATO, yang selama ini membantu Ukraina. Ia mengatakan, Moskow harus memperhitungkan potensi nuklir kelompok itu.
“Negara-negara NATO terkemuka telah memproklamirkan tujuan utama mereka untuk mengalahkan Rusia. Agar rakyat kita ‘menderita’ seperti yang mereka katakan,” kata Putun.
“Bagaimana kita tidak dapat memperhitungkan potensi nuklir mereka?” imbuhnya.
Dalam catatan Buletin Peneliti Atom pada Januari 2023, Negeri Paman Sam memiliki 3.708 hulu ledak nuklir. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 1.770 hulu ledak dikerahkan, sedangkan sekitar 1.938 disimpan sebagai cadangan.
Di sisi lain, Rusia memiliki jumlah senjata nuklir yang lebih banyak. Pada Oktober lalu, lembaga yang sama menyebutkan, negeri Beruang Putih itu memiliki 4.447 hulu ledak nuklir.
Direktur lembaga riset Institut Penelitian Perdamaian Dunia Stockholm (SIPRI) Dan Smith mengungkapkan, bahwa hal tersebut berpotensi menimbulkan bahaya. Terutama di situasi global seperti sekarang ini.
“Ini adalah langkah yang mengecewakan, tidak imajinatif, tetapi tidak mengejutkan yang tidak diuntungkan oleh siapa pun. Satu per satu pilar kontrol senjata nuklir antara Rusia dan AS telah diruntuhkan selama dua dekade terakhir,” ujarnya.
Editor: Rizki Audina/*