BICARAINDONESIA-Medan : Sejumlah warga dan tokoh Nusantara Tenggara Timur (NTT)yang tersebar di berbagai kabupaten/kota se Sumatera Utara menggelar silaturahmi dengan mengusung isu utama menekan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) asal NTT.
Masalah ini diangkat diaspora NTT, Sumut karena provinsi ini khususnya Kota Medan masih menjadi daerah tujuan pengiriman dan penyaluran korban human trafficking asal bumi Nusa Cendana itu.
Dalam pertemuan tersebut, diaspora NTT pun menyimpulkan bahwa persoalan korban human trafficking ada pada hulunya, sehingga harus menjadi perhatian semua pihak terutama pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur.
“Masalah korban perdagangan orang ini memang harus menjadi perhatian kita bersama warga NTT di Medan,” kata cendikiawan Sumut asal NTT Dr Adolfina E Koamesakh MTh, MHum yang turut hadir dalam Pertemuan Silaturahim Diaspora NTT di Cafe Pesisir Coffee Medan, Sabtu (27/5/2023).
Kedepan, warga NTT juga akan menggandeng Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) dan Pemko Medan untuk menangani persoalan sosial dan hukum terutama masalah human trafficking yang dialami oleh warga asal NTT.
“Kedepan kita perlu juga bekerjasama dengan Pemko Medan Pemprovsu untuk mengatasi masalah human trafficking yang hampir tidak teratasi di Medan,” timpal Inisiator Pertemuan Silaturahim Diaspora NTT, Devis Karmoy.
Sementara itu, rohaniawan asal NTT RV Martinus Nule SVD yang turut hadir mengatakan bahwa, pentingnya penanganan persoalan human trafficking yang kerap dialami tenaga kerja asal NTT di Medan.
Pastor Martinus Nule juga berharap agar keberadaan diaspora NTT di Sumut dapat berperan dalam proses pembangunan di segala sektor di Sumatera Utara.
Hal senada disampaikan AKBP Alexander S Soeki. Pamen Polri itu berharap melalui forum Silaturahim diaspora NTT se Sumut ini dapat memberikan dampak yang positif bagi kemajuan di Sumatera Utara.
Pembentukan Flobamora
Pertemuan Silaturahim ini sekaligus membahas pembentukan organisasi kemasyarakatan (Ormas) asal NTT di Sumut. Diaspora NTT pun sepakat untuk membentuk kepengurusan melalui tim formatur yang telah disepakati bersama dalam pertemuan tersebut.
Ketua Tim Formatur Devis Karmoy menyebut timnya diberi waktu sebulan untuk menyiapkan mekanisme pencalonan Ketua Rumah Besar Flobamora Indonesia Provinsi Sumatera Utara.
Nama dan bentuk organisasi menjadi perbincangan hangat dalam pertemuan itu. Namun forum silaturahim diaspora NTT setuju mengikuti nama Rumah Besar Flobamora Indonesia yang telah terbentuk di Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu.
Saat ini Rumah Besar Flobamora Indonesia yang berkedudukan di DKI Jakarta dipimpin oleh Ketua Umum DR Kombes Pol (Purn) Alfons Loemau.
Istilah Flobamora sendiri merupakan akronim dari gugusan gugusan pulau besar di wilayah NTT yang didalamnya menghimpun nama kabupaten/kota di Provinsi NTT, antara lain Flores, Sumba, Timor dan Alor (Flobamora).
Pertemuan silaturahim diaspora NTT se Sumut ini turut dihadiri perwakilan paguyuban NTT, masing masing paguyuban Tirosa (Medan), Santa Teresia (Medan), Flobamora Tarutung (Taput), Nusa Kenari (Medan), serta Nek Mesek (Medan).
Sedangkan dari lima paguyuban itu, sembilan orang ditunjuk mewakili masing masing paguyuban menjadi Tim Formatur yang akan menyiapkan mekanisme serta tata cara pemilihan Ketua Rumah Besar Flobamora Indonesia, Provinsi Sumut.
Selain itu, hadir juga sejumlah tokoh dari kalangan NTT yakni dari unsur TNI, Polri, Akademisi, Rohaniawan, Cendikiawan, Advokat/Pengacara ASN unsur Pegusaha, Wartawan serta profesi lainnya.
Editor : Ty/*