BICARAINDONESIA-Jakarta : Di tengah gerakan boikot yang terus meluas, bisnis Starbucks pun mulai goyang. Starbucks menjadi sasaran boikot setelah perusahaan waralaba asal Amerika Serikat tersebut menggugat serikat pekerjanya yang menyatakan solidaritas untuk Palestina.
Seorang karyawan Starbucks yang tak disebutkan namanya melaporkan kepada The New Arab bahwa “perusahaan sudah menginfokan beberapa karyawan bahwa mereka akan dipecat karena penjualan yang turun signifikan akibat boikot yang sedang berlangsung”.
Rincian lebih lanjut mengenai dugaan kerugian finansial atau berapa banyak staf yang telah dirumahkan tidak disebutkan sumber tersebut.
“Saat ini, perusahaan memangkas pengeluaran… dan memaksa pekerja yang tersisa untuk kerja lebih keras daripada yang seharusnya untuk mengkompensasi kekurangan staf,” katanya kepada The New Arab, dikutip Sabtu (16/12/2023).
The Egyptian Centre for Economic and Social Rights (ECESR) dalam sebuah pernyataannya minggu ini mengutuk laporan PHK Starbucks. Lembaga itu menawarkan dukungan hukum gratis serta layanan konsultasi bagi para pekerja yang dipecat. Mereka juga berargumentasi bahwa Starbucks telah melanggar undang-undang ketenagakerjaan Mesir.
“Undang-undang ketenagakerjaan Mesir menetapkan bahwa jika pemberi kerja ingin mengurangi tenaga kerjanya karena alasan keuangan, perusahaan tersebut secara hukum diwajibkan untuk mengajukan permintaan perampingan perusahaan… sebelum sebuah komite [di biro tenaga kerja] dibentuk khusus untuk tujuan ini,” kata serikat pekerja.
“Permintaan dalam kasus ini harus menyertakan alasan atas perampingan staf dan jumlah serta kategori pekerja yang akan diberhentikan.”
Starbucks sendiri tidak termasuk dalam daftar boikot resmi Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS), namun perusahaan tersebut menggugat serikat pekerjanya yang memberikan dukungan untuk Palestina. Starbucks juga sudah memberikan klarifikasi resmi bahwa mereka tidak memberikan dukungan finansial untuk Israel.
Sebagian orang berpendapat bahwa boikot yang meluas terhadap Starbucks telah menimbulkan kerugian pada perekonomian nasional Mesir yang sudah lemah karena banyak produk yang dijual di gerai tersebut, terutama makanan dan minuman, bersumber dari lokal.