BICARAINDONESIA-Jakarta : Sejarah Islam mencatat, Rasulullah SAW selama hidupnya, selalu dikelilingi para sahabatnya dengan karakteristik beragam. Ada yang dikenal tegas dan keras seperti Umar bin Khattab. Sahabat yang dikenal pemalu yakni Utsman bin Affan. Namun, tahukah sahabat terdekat Rasulullah yang paling usil pada masanya?
Sosok sahabat rasul ini adalah satu-satunya orang yang berhasil membuat Rasulullah SAW tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya. Sebab, Rasulullah biasanya hanya melemparkan senyum pada orang-orang di sekitarnya.
Sahabat yang dimaksud di atas adalah Nu’aiman bin Ibnu Amr bin Raf’ah. Ia adalah salah seorang sahabat dari kalangan Anshar yang juga termasuk dalam kalangan ashabul badr. Nu’aiman juga pernah turun berjihad bersama Rasulullah saat Perang Badar.
Beberapa catatan sejarah menyebut, Rasulullah selalu tertawa dan gembira bila berada di dekatnya. Untuk itu, detikEdu merangkum kisah-kisah keusilan Nu’aiman pada zaman nabi seperti yang diceritakan oleh Habib Ali Zaenal Abidin Al Kaff dalam siaran kanal YouTube Masjid Raya Bintaro Jaya TV.
Kisah Nu’aiman ‘Menjual’ Temannya
Kisah ini diceritakan dari Ibnu Majah, bahwa suatu hari Nu’aiman pernah diajak berdagang oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq bersama sahabat yang lain untuk pergi ke negeri Syam (daerah maju pada masanya). Salah satunya ada Suwaibith bin Harmalah.
Saat hari mulai menjelang siang, Nu’aiman yang sudah lapar menghampiri Suwaibith yang saat itu ditugaskan untuk menjaga makanan. Suwaibith dengan sikap penuh amanahnya tentu menolak saat Nu’aiman hendak meminta satu potong roti untuknya.
Hingga Nu’aiman berkata, “Kalau memang begitu, artinya kamu setuju saya buat ulah,”
Nu’aiman pun berjalan ke pasar dan mencari-cari wilayah yang menjual hamba sahaya. Pada zaman nabi dulu, hamba sahaya biasanya dijual untuk menjadi pekerja. Hingga kemudian Nu’aiman berkata kepada orang-orang di sana bahwa ia memiliki hamba sahaya dengan harga yang sangat murah.
Nu’aiman juga menyebutkan, hamba sahaya yang dimilikinya hanya memiliki satu kekurangan yakni berteriak bahwa dirinya orang yang merdeka bukanlah hamba sahaya. Mendengar itu, orang-orang di sana pun tertarik dan Nu’aiman mengajaknya mengadap Suwaibith.
“Itu ada orang yang berdiri sedang menjaga makanan, itu hamba sahaya saya,” kata Nu’aiman pada mereka. Mereka pun memberikan uang pada Nu’aiman dan menghampiri Suwaibith untuk menangkapnya.
Suwaibith yang terkejut kemudian berkata, “Saya bukan hamba sahaya, saya orang merdeka,” yang hanya dibalas oleh orang-orang tersebut bahwa mereka sudah tahu kekurangannya itu.
Selang berapa waktu, Abu Bakar Ash-Shiddiq pun kembali dan mencari-cari Suwaibith yang dijawab oleh Nu’aiman kemudian, “Sudah saya jual, wahai Abu Bakar,”
Nu’aiman pun menceritakan dengan jujur apa yang terjadi pada Abu Bakar, kemudian Suwaibith kembali ditebus oleh Abu Bakar dari orang-orang Syam itu. Sampailah kisah tersebut ke telinga Rasulullah SAW. Kisah ini yang membuat Rasulullah tertawa hingga menunjukkan gigi gerahamnya di depan para sahabat.
Perawi hadits mengatakan, bahkan setelah satu tahun berlalu, Rasulullah SAW pun selalu menceritakan kisah Nu’aiman dan Suwaibith ini kepada para tamunya.
Kisah Nu’aiman dan Hadiah Madu
Dikisahkan, sahabat nabi Nu’aiman melihat penjual madu yang kepanasan setelah berkeliling menjajakan dagangannya. Namun sayangnya, tidak ada yang terjual. Nu’aiman kemudian menghampir sang penjual madu tersebut dan mengajaknya ke kediaman Rasulullah SAW
Ia hendak memberi hadiah kepada Rasulullah dengan madu tersebut. Nu’aiman pun meninggalkan penjual madu tersebut setelah menitipkan beberapa pesan kepadanya,
“Aku akan pergi karena masih ada urusan. Sebentar lagi penghuni rumah itu akan keluar dan membayar kepadamu harga madu itu,”
Lantas, sang penjual madu itu pun mengetuk rumah Rasulullah dan memberikan madu tersebut kepadanya. Tentunya, Rasulullah merasa tersentuh dengan madu yang dianggapnya adalah hadiah untuknya.
Hingga Rasulullah pun membagikan madu-madu itu kepada para sahabatnya yang lain. Ketika beliau sedang membagikan madunya, sang penjual madu berteriak, “Wahai Rasul! Bayarlah madu itu!”
Rasulullah yang mendengar itu sedikit terkejut dan langsung memahami situasi,
“Ini pasti perbuatan Nu’aiman,” kata beliau sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak lama setelah kejadian itu, Rasulullah pun memanggil Nu’aiman untuk menemuinya. Beliau meminta penjelasan maksud di balik perilaku dari Nu’aiman tersebut.
Namun, justru jawaban yang datang dari Nu’aiman lagi-lagi mengukirkan senyum di wajah Rasulullah SAW. Nu’aiman berkata,
“Aku ingin berbuat baik kepadamu, Ya Rasul. Tapi aku tidak punya apa-apa,”
Melalui cerita ini, Rasulullah SAW seakan memaklumi sifat Nu’aiman yang suka mengusilinya, namun sesungguhnya memiliki hati yang baik.
Hal serupa juga pernah dikisahkan saat Rasulullah sedang duduk-duduk dengan para sahabat. Nu’aiman membagikan sejumlah makanan pada mereka. Setelah makanan tersebut habis disantap oleh Rasulullah dan yang lain, tiba-tiba Nu’aiman berkata,
“Ya Rasulullah, ini penjualnya, tolong engkau yang bayar, Rasulullah,”
Rasulullah yang mendengar itu pun bingung dan terkejut. Hingga pada akhirnya, Rasulullah memakluminya dan mengajak para sahabat yang lain untuk ikut menebus bersama makanan yang telah mereka santap tersebut.
Berdasarkan kisah-kisah di atas, dapat terlihat sisi kepribadian santai yang dimiliki Rasulullah SAW. Sebab, tidak selamanya kehidupan beliau berjalan kaku dan formal. Ada kalanya, kehidupan Rasulullah diwarnai dengan momen-momen bahagia bersama dengan para sahabatnya.
Wallahu a’lam.
No Comments