BICARAINDONESIA-Medan : Kisah sedih dialami seorang siswi kelas XI di SMA Negeri 8 Medan, berinisial MSF. Harapannya bisa naik ke kelas XII bersama teman-temannya, harus kandas.
Diduga bukan karena nilai atau prestasi lnya yang buruk. Karena diluar nalar, siswi tersebut sengaja dibuat tinggal kelas, cenderung sebagai bentuk sentimen pribadi oknum Kepala SMAN 8 Medan Rosmaida Asianna Purba.
Informasi menyeruak. Kabarnya, oknum Kepsek itu sentimen terhadap siswinya yang notabene generasi masa depan, sebagai bentuk balas dendamnya terhadap Coky Indra, ayah siswi tersebut, yang melaporkan kasus praktik dugaan korupsi dan pungutan liar di balik bantuan operasi pendidikan (BOP) dari Gubernur Sumut dan SPP.
Sontak masalah ini langsung menyita perhatian publik hingga menuai komentar dari beberapa kalangan.
Salah satunya seperti yang disampaikan Pengamat Kebijakan Publik dan akademisi bernama Achmad Riza Siregar. Ditegaskannya, pemerintah daerah dan pusat jangan sampai tidur bila ada isu liar seperti ini.
Apalagi, lanjutnya, ini isu pendidikan, yang mana pendidikan adalah garda terdepan bangsa untuk membuat anak bangsa cerdas hingga mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Jadi, kalau ada isu pungli di dunia pendidikan begini, pemerintah, khususnya pemerintah daerah jangan tidur, melainkan harus sigap mengatasinya,” ujar mantan Rektor UISU Medan tersebut, Sabtu (22/6/2024).
Apalagi, kata Achmad Riza, diduga ada korban seorang siswi yang tidak naik kelas karena orang tuanya berani menyuatakan kebenaran, membongkar kasus pungli di sekolah tempat putrinya mengenyam pendidikan.
“Ini harus menjadi perhatian khusus dari pemerintah daerah, terutama Kadis Pendidikan Sumut,” ujarnya.
“Jangan, di negara demokrasi ini, suara kebenaran dibungkam dengan cara-cara penyalahgunaan kekuasaan,” imbuhnya.
Selain itu, ia juga mengatakan, bahwa parktik-praktik pungli seperti ini terjadi di hampir semua sekolah.
“Dan cukup disayangkan, praktik-praktik itu harus segera dituntaskan dan kepala sekolah ditindak sesuai hukum yang berlaku. Dunia pendidikan sebagai wadah mencerdaskan kehidupan rakyat harus bebas dari praktik pungli dan korupsi,” ujar Achmad Riza.
Bahkan dia menyebutkan, bila benar bahwa anak didik tidak dinaikkan karena sentimen dan faktor orang tua yang nggak bisa diajak kolusi.
“Maka si anak didik itu tinggal kelasnya harus ditinjau kembali. Atau diteliti sistem penilaian yang buat anak tersebut tinggal kelas,” bebernya.
Sebelumnya diberitakan, seorang siswi berinisial MSF dibuat kepala sekolahnya, Rosmaida Asianna tidak naik kelas. Hal ini terjadi diduga karena orang tua siswi tersebut bernama Coky Indra, membongkar kasus pungli di SMA Negeri 8 Medan.
Coky sebagai orang tua siswi kelas XI IPA bernisial MSF menceritakan, bahwa dirinya menggeruduk kantor sekretariat sekolah SMA Negeri 8 Medan, di Jalan Sampali, Kota Medan, Sumut, pada Sabtu siang (22/6/2024).
Hal ini ia lakukan lantaran dirinya tidak terima anaknya ditinggalkan kelas oleh pihak sekolah dengan alasan yang tidak masuk akal.
“Setiap bulan membayar Rp150 ribu, udah banyak ini praktik-praktik korupsi yang dilakukan Kepala Sekolah berkedok pungli. Jadi ini karena tidak mau saya berdamai dengan dia, dibikin anak saya tinggal kelas dengan alasan tidak masuk akal karena masalah absen,” ucap Coky.
Selain itu, Coky menduga anaknya ditinggalkan kelas oleh pihak sekolah, karena sentimen pribadi Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Medan, Rosmaida Asianna Purba terhadapnya.
Sebab, ia buat laporan korupsi di SMA Negeri 8 Medan, ke Polda Sumatera Utara (Polda Sumut).
Terpisah, dalam kasus ini, wartawan mencoba konfirmasi kepada pihak sekolah SMA Negeri 8, terkhusus kepala sekolahnya.
Namun, pihak sekolah enggan berkomentar. Bahkan, Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Medan, Rencus justru kabur saat dikonfirmasi awak media.
Sementara, dari pantauan di lapangan putri Coky Indra, MSF hanya bisa tertunduk lesu, usai mengetahui dirinya tinggal kelas. Bahkan lebih mengejutkannya lagi, MSF tinggal kelas dengan hasil rapornya terbilang baik dan termasuk siswi yang berprestasi pada semester lalu.
“Kemarin sempat juga dipanggil buk Rosmaida ke ruangannya. Di situ saya diintervensinya,” pungkas Coky.
Penulis : AG
Editor : Ty