BICARAINDONESIA-Jakarta : PT Sritex dan anak perusahaannya terpaksa melakukan langkah efisiensi terhadap sekitar 10 ribu orang karyawannya. Efesiensi itu dilakukan untuk keberlanjutan perusahaan.
“Efisiensi-efisiensi harus dilakukan untuk keberlanjutan perusahaan kami. Namun keputusan untuk efisiensi semuanya berdasarkan keputusan komersial atau keputusan bisnis, jadi bukan landasannya bahwa kita perusahaan yang mau bangkrut atau seperti apa,” ujar Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Kurniawan.
Terkait langkah ini, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli angkat bicara. Dia mengatakan bahwa pihaknya memantau PT Sritex yang melakukan langkah efisiensi karyawan sekitar 10 ribu orang.
“Kita monitor ya, kita monitor,” kata Yassierli di MABES Convention Center (MCC) Karanganyar, Senin (11/11/2024).
“Iya pasti ada perhatian dari Kemenaker,” sambungnya.
Seperti diketahui, PT Sritex mengalami pailit, sehingga perusahaan terpaksa mengambil langkah efisiensi karyawan. Dengan status pailit itu, saat ini PT Sritex tidak bisa melakukan aktivitas keluar masuk barang.
Sektor yang mulai terkena efisiensi adalah di sektor spinning atau pemintalan benang tekstil.
General Manager HRD Sritex Group, Haryo Ngadiyono menyebut bahwa status karyawan PT Sritex di Sukoharjo statusnya dirumahkan.
“Yang sudah ada pengurangan itu Semarang, kalau sini masih dirumahkan. Produksi kita tergantung bahan baku, kalau bahan baku tidak ada bisa masuk otomatis berhenti, ya harus istirahat. Kalau ada bahan baku ya jalan lagi,” tuturnya.
“Pabrik pemintalan (spinning) lain masih berjalan. Hanya di sini karena disetop sama bea cukai, sehingga kita belum bisa keluar masuk barang sehingga disesuaikan,” sambung Haryo.